I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya sel mengandung dua asam nukleat, yaitu DNA
dan RNA. DNA yang terdapat di inti sel adalah
DNA kromosomal, DNA yang terdapat di luar inti sel atau sitoplasmik adalah DNA ekstrakromosomal, yaitu DNA
mitokondria, DNA kloroplas, DNA plasmid. Proses denaturasi dan renaturasi
molekul DNA tergantung pada banyaknya
factor, beberapa diantaranya adalah suhu, pH, konsentrasi iso elektrolit
dan rasio (GC:AT). Suhu, T-melting (Tm) yang tinggi menyebabkan untai ganda (double
helix) DNA akan terurai menjadi untai tunggal (single helix). Apabila suhu ini diturunkan
secara perlahan maka akan terjadi renaturasi menjadi untai ganda DNA kembali seperti
semula. pH (derajat keasaman) yang ekstrim pun (pH < 3, atau pH > 10)
dapat menyebabkan DNA terdenaturasi. Konsentrasi iso elektrolit seperti Na+
dan K, serta makin tinggi rasio kandungan
basa nukleotida (GC:AT) maka akan memperlambat proses denaturasi DNA.
Sedangkan Reaksi polymerase berantai (Polimerase Chain Raeksi = PCR), merupakan
suatu proses sintesis enzimatik untuk mengamplifikasi nukleotida secara in
vitro. Metode PCR dapat meningkatkan
jumlah urutan DNA ribuan bahkan jutaan kali dari jumlah semula (106-107).
Setiap urutan basa nukleotida yang diamplifikasi akan menjadi dua kali jumlahnya. Pada setiap n siklus PCR
akan diperoleh 2n kali banyaknya DNA target. Kunci utama pengembangan PCR adalah
bagaimana cara amplifikasi hanya pada DNA target dan meminimalisiramplifikasi
urutan DNA yang bukan target. Proses PCR merupakan proses siklus berulang
meliputi denaturasi–annealing–ekstensi oleh enzim DNA polymerase. Taq DNA
polymerase diisolasi dari bakteri Thermus aquaticus (Taq) yang dikembangkan
tahun 1988. Enzim mini tahan sampai suhu mendidih 100°C, dan aktivitas maksimal
pada suhu 70-72°C. Sepasang primer oligonukleotida yang spesifik digunakan
untuk membuat hybrid dengan ujung 5‟
menuju ujung 3‟ untai DNA target dan mengamplifikasi untuk urutan yang
dikehendaki.
1.2 Tujuan
·
Untuk mengetahui pengertian isolasi DNA dan PCR
·
Untuk mengetahui uji kualitas DNA
·
Untuk mengetahui komponen dan tahapan PCR
·
Untuk mengetahui manfaat PCR
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Isolasi DNA dan PCR
·
Penggunaan DNA untuk analisis atau
manipulasi biasanya perlu diisolasi dan dimurnikan sampai
batas tertentu. DNA pulih dari
sel dengan metode
yang mungkin paling lembut pecahnya
sel untuk mencegah DNA dari fragmentasi
oleh geseran mekanik.
(Walker,
2009)
·
Isolasi
DNA merupakan langkah mempelajari DNA. Salah satu prinsisp isolais DNA yaitu
dengan sentrifugasi. Sentrifugasi merupakan teknik untuk memisahkan campuran
berdasarkan berat molekul komponennya. Molekul yang mempunyai berat molekul
besar akan berada di bagian bawah tabung dan molekul ringan akan berada pada
bagian atas tabung. Hasil sentrifugasi akan menunjukkan dua macam fraksi yang
terpisah, yaitu supernatan pada bagian atas dan pelet pada bagian bawah.
(Asris, 2010)
·
PCR
(Polymerase Chain Reaction) merupakan suatu teknik perbanyakan
(amplifikasi) potongan DNA secara in vitro pada daerah spesifik yang
dibatasi oleh dua buah primer oligonukleotida. Primer yang digunakan sebagai
pembatas daerah yang diperbanyak adalah DNA untai tunggal yang urutannya
komplemen dengan DNA templatnya. Proses tersebut mirip dengan proses replikasi
DNA secara in vivo yang bersifat semi konservatif.
(Mahmudin, 2010)
·
Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan suatu
proses sintesis enzimatik untuk mengamplifikasi nukleotida secara in vitro.
(Fatchiyah, 2012)
2.2 Uji
Kualitas DNA
Analisa
kualitas merupakan serangkaian proses yang berperan untuk mengetahui
konsentrasi dan menganalisa kualitas dari DNA tersebut. Kualitas DNA sangat
erat kaitannya dengan kemurnian DNA terhadap berbagai kontaminan seperti
kontaminan protein. Kemurnian DNA dapat diukur melalui rasio antara absorpsi
suspensi DNA pada panjang gelombang 256 nm terhadap panjang gelombang 280 nm.
(Anonymousa, 2008)
2.3 Komponen
Dan Tahapan PCR
Pada reaksi PCR diperlukan DNA
template, primer spesifik, ensim DNA polimerase yang thermostabil, buffer
PCR, ion Mg2+, dan thermal cycler.
·
Template DNA
Ukuran target amplifikasi biasanya
kurang dari 1000 pasangan basa (bp) atau 1KB, Hasil amplifikasi yang efisien
antara 100-400bp. Walaupun kemungkinan hasil amplifikasi lebih dari 1 kB tetapi
prosesnya kurang efisien, karena produk yang panjang rentan terhadap inhibitor
yang mempengaruhi kerja ensim DNA polymerase dan waktu yang diperlukan lebih
lama. Hal ini dapat menyebabkan hasil amplifikasi yang tidak diinginkan.
·
Primers
Primer
disusun dari sintesis oligonukleotida sepanjang 15-32bp dan primer ini harus
mampu mengenali urutan yang akan diamplifikasi. Untuk standar amplifikasi
sepasang primer akan mempunyai kisaran pasangan basa sekitar 20 basa panjangnya
pada tiap primernya. Kandungan GC harus antara 45-60%. Annealing temperatur
antara primer yang digunakan harus berkisar antara 1°C. Ujung 3’ dari setiap
primer harus G atau C, akan tetapi hindari susunan nukleotida G/C
berturut-turut tiga pada ujung ini, misal CCG, GCG, GGC, GGG, CCC, GCC. Pada
penentuan atau penyusunan sepasang primer, penting diperhatikan urutan primer
tidak saling komplementer sehingga membentuk dimer-primers, berikatan
satu sama lain, atau membentuk hairpins. Hal lainnya hindari menyusun
primer pada daerah DNA repetitif.
·
Taq DNA polymerase
Enzim ini
bersifat thermostabil dan diisolasi dari Thermus aquaticus. Aktivitas
polimerisasi DNAnya dari ujung-5’ ke ujung-3’ dan aktivitas enzimatik ini
mempunyai waktu paruh sekitar 40 menit pada 95ºC. Biasanya untuk setiap 100μl
volume reaksi ditambahkan 2,0-2,5 unit.
·
PCR buffer dan konsentrasi Mg2+
Buffer
standar untuk PCR tersusun atas 50 mM KCl, 10 mM Tris-Cl (pH 8.3)
dan 1.5 mM MgCl2. Buffer standard ini akan bekerja dengan
baik untuk DNA template dan primer dengan kondisi tertentu, tetapi mungkin
tidak optimum dengan kombinasi yang lain. Produk PCR buffer ini terkadang
dijual dalam bentuk tanpa atau dengan MgCl2.
Konsentrasi
ion magnesium dalam PCR buffer merupakan faktor yang sangat kritikal, karena
kemungkinan dapat mempengaruhi proses annealing primer, temperatur dissosiasi
untai DNA template, dan produk PCR. Hal ini disebabkan konsentrasi optimal ion
Mg2+ itu sangat rendah. Hal ini penting untuk preparasi DNA template
yang tidak mengandung konsentrasi chelating agent yang tinggi, seperti
EDTA atau phosphat. Ion Mg2+ yang bebas bila terlalu rendah atau
tidak ada, maka biasanya tidak menghasilkan produk akhir PCR, sedang bila
terlalu banyak ion Mg2+yang bebas akan menghasilkan produk PCR yang
tidak diinginkan.
·
Nucleotides (dNTPs)
Konsentrasi
yang biasanya digunakan untuk setiap dNTP adalah 200 μM. Pada konsentrasi ini
penting untuk mengatur konsentrasi ke-empat dNTP pada titik estimasi Km untuk
setiap dNTP. 50mM, harus selalu diatur pH7.0. Konsentrasi yang tinggi akan
menimbulkan ketidakseimbangan dengan enzim polymerase. Sedang pada konsentrasi
rendah akan memberikan ketepatan dan spesifitas yang tinggi tanpa mereduksi
hasil akhir. Total konsentrasi dNTP dan ion saling terkait dan tidak akan
merubah secara bebas.
·
PCR Thermal Cycler
PCR
thermal cycler pertama kali dikembangkan oleh
perusahaan PerkinElmer sebagai pemegang paten asli. Pada saat ini telah
diproduksi berbagai macam tipe alat PCR thermal cycler ini dari berbagai
perusahaan yang bergerak dalam bioteknologi. Walaupun nama masing-masing alat
itu berbeda tetapi prinsip kerjanya sama.
(Fachtiyah, 2012)
2.4 Manfaat
PCR
·
Untuk
mengetahui keragaman genetik
Hal ini penting diketahui untuk proses persilangan,
sehingga di dapat varietas unggul, jika keragaman tinggi maka kekerabatannya
akan semakin tinggi, begitu pula sebaliknya.
·
Seleksi
Untuk memilih tanaman yang sifatnya sesuai dengan
yang diinginkan. MAS
(Marker Assisted Selection): penanda pembantu seleksi. Keuntungan seleksi
dengan PCR yaitu mampu menyeleksi dalam waktu cepat, tidak perlu menunggu
hingga tanaman dewasa.
·
Uji
kemurnian benih
Uji perlindungan varietas tanaman agar hak paten
benih tidak dibajak oleh orang lain.
(Puspita,
2010)
III.
METODOLOGI
3.1 Alat, bahan, dan fungsi
3.1.1 Alat
·
Mortar & pestle :
untuk menghaluskan bahan
·
gelas ukur :
untuk mengukur larutan yang akan digunakan
·
Tabung eppendorf :
sebagai tempat untuk bahan yg diuji
·
tissue :
untuk membersihkan
·
gunting :
untuk menggunting bahan yang akan digunakan
·
mikropipet :
untuk mengambil larutan dalam jumlah yang kecil
·
spatula :
sebagai alat untuk mencampur bahan
·
erlenmeyer :
tabung untuk wadah bahan yang diuji
·
microwave :
sebagai alat untuk pensterilan
·
mesin vortex :
sebagai alat untuk menghomogenkan bahan
·
timbangan analitik : sebagai alat untuk menimbang bahan
·
stirer :
sebagai alat untuk mencampurkan bahan
·
pH meter :
untuk mengukur pH
·
mesin centrifuge :
untuk mengetahui perbedaan lapisan antara supernatan dan lapisan lainnya
·
autoclave :
untuk pensterilan bahan
·
freezer :
untuk penginkubasian larutan
3.1.2
Bahan
·
Buffer ekstraksi CTAB dan Merkaptoethanol : untuk melisis
membran sel daun
·
nitrogen cair :
untuk mempermudah penggerusan
·
PVP (polyvinilpirolidone) : untuk melindungi agar DNA tidak rusak
·
CHISAM (Chloroform, Isoamilalkohol) : untuk mendegradasi
protein
·
buffer pencuci :
sebagai larutan penyangga
·
buffer TE
·
RNAse :
sebagai enzim dalam isolasi DNA
·
Isopropanol :
untuk resipitasi
·
Daun srikaya :
sebagai bahan yang diuji
3.2 Cara Kerja
+ buffer ekstrasi timbang
sample 0,3
CTAB (1 ml) gr + PVP 1 % +
N2 -196 ºC
+ β mercaptoetanol 5 μl
+ inkubasi 30’
65 ºC
+ chisam 500 μl
Di vortex
sentrifuge
10000 rpm 10’
Ambil supernatan
+ chisam 1 x volume supernatan
Sentrifuge 10000 rpm 10’
+ isopropanol 0,45 x volume supernatan
invert
Inkubasi freezer 30’
Sentrifuge 10000 rpm 10’
Buang isopropanol
DNA pellet
+ buffer pencuci 200 μl 2x
+ RNAse 1 μl
+ resuspensi
dengan elution buffer 20-50 μl
Simpan untuk
elektroforesis
3.3 Analisa Perlakuan
Pada praktikum isolasi DNA ini bahan yang digunakan
adalah daun srikaya. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengisi tabung
eppendorf dengan 1 ml buffer ekstraksi CTAB (CTAB 3%, NaCl 1,4 M, EDTA 0,002M
dan Tris -HCl 0,1M) dan 5 µl
mercaptoethanol. Daun srikaya ditimbang 0,3 gram dan digerus dalam mortar dengan bantuan nitrogen cair dan
ditambah PVP 1%, kemudian dimasukkan kedalam tabung eppendorf yang sudah berisi
1 ml buffer ekstraksi CTAB dan 5 µl
mercaptoethanol. Setelah itu ekstrak daun divortex hingga homogen. Ekstrak daun
diinkubasi dalam suhu 65 oC
selama 30 menit sambil dibolak-balik tiap 10 menit. Kemudian ditambahkan 500 µl
chisam (Chloroform : Isoamylalcohol (24:1)). Setelah itu ekstrak daun divortex
hingga homogen. Ekstrak daun kemudian disentrifuge selama 10 menit dengan
kecepatan 10000 rpm. Dan diambil
supernatannya. Supernatan dimasukkan pada mikrovivet baru dan ditambahkan chisam
1 x volume supernatan. Larutan supernatan dan chisam disentrifuge selama 10
menit dengan kecepatan 10000 rpm. Fase atas dimasukkan tabung baru ditambah
isopropanol 0,45 x volume supernatan. Larutan tersebut dibolak-balik perlahan
hingga tampak benang-benang putih dalam larutan. Larutan diinkubasi dalam
freezer selama 30 menit. Setelah diinkubasi, larutan disentrifugasi selama 10
menit dengan kecepatan 10000 rpm setelah itu supernatan dibuang dengan
hati-hati agar endapan DNA pellet tidak ikut terbuang. Endapan DNA pellet
dicuci dengan buffer pencuci dengan cara menambahkan 200 μl buffer pencuci ke dalam
tube, kemudian cairan di buang. Pencucian
ini dilakukan 2 kali. Setelah itu endapan DNA pellet dikering anginkan. Endapan
DNA kemudian diresuspensi dengan 20-50 μl buffer TE lalu ditambah 1 μl RNAse
dan disimpan dalam lemari es untuk elektroforesis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar