KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selawat dan salam kita kirimkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad Sallallahualaihiwasallam, karena atas hidayah-Nyalah makalah
ini diselesaikan.
Makalah ini penulis sampaikan kepada
pembina mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman sebagai salah satu syarat
kelulusan mata kuliah tersebut. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada
Bapak yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada penulis mengajar Teknologi
produksi Tanaman.
Penulis memohon kepada Bapak dosen
khususnya, umumnya para pembaca barang kali menemukan kesalahan atau kekurangan
dalam karya tulis ini, baik dari segi bahasanya mupun isinya harap maklum. Selain
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang berifat membangun kepada semua
pembaca demi lebih baiknya karya-karya tulis yang akan datang.
Malang,
17 September 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
……………………………………………………………………..... i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………..
ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………...
1
1.1.Latar Belakang …………………………………………………………………………..
1
BAB II ISI dan PEMBAHASAN …………………………………………………………... 2
A. Teknik Persiapan Benih ..…………………………………………………………………
a
B. Teknik Persiapan Lahan .…………………………………………………………………
b
C. Jarak Tanam
.................…………………………………………………………………. c
D. Pemupukan dan Penanaman
……………………………………………………………....d
BAB III KESIMPULAN…………………………………………………………………….
3
DAFTAR
PUSTAKA…..…………………………………………………………………... 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang Masalah
Kentang merupakan salah satu pangan
utama dunia setelah padi, gandum, dan jagung (Wattimena, 2000). Disamping itu,
kentang termasuk salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai
perdagangan domestik dan potensi ekspor yang cukup baik. Produksi kentang di
Indonesia pada tahun 1998 mencapai 998 032 ton, meningkat sebanyak 22.7% dari
tahun 1997 (813 368 ton) (Anonim, 1999). Namun demikian, kemampuan produksi
kentang Indonesia hanya dapat memenuhi 10% konsumsi kentang nasional, yaitu 8.9
juta ton per tahun (Wattimena, 2000).
Kentang (Solanum tuberosum) adalah salah satu
komoditas sayuran hortikultura yang menjadi andalan para petani di Indonesia,
karena selain bernilai ekonomi tinggi dan stabil, juga sebagai sumber
karbohidrat yang cukup tinggi, dan dapat dikonsumsi sebagai pengganti
makanan pokok beras dan jagung, dalam usaha meningkatkan diversifikasi makanan
pokok. Namun dalam usaha meningkatkan produktivitasnya yang menjadi kendala
utama bagi para petani kentang adalah ketersediaan benih yang berkualitas masih
terbatas dipasaran produsen benih (penangkar benih) serta kurangnya pemahaman
petani dalam berbudidaya sehingga sangat mempengaruhi pengembangan dalam
budidayanya.
Kendala utama dalam peningkatan
produksi kentang adalah pengadaan dan distribusi benih kentang berkualitas yang
belum kontinyu dan memadai serta kurangnya pemahaman petani dalam berbudidaya.
Padahal saat ini, penggunaan benih bebas pathogen/berkualitas mutlak
diperlukan.
Penanaman bibit kentang bermutu,
tepat waktu dan tepat umur fisiologis adalah faktor utama penentu keberhasilan
produksi kentang (Wattimena, 2000). Upaya penyediaan benih kentang bermutu
perlu dilandasi dengan sistem perbenihan yang mapan. Sentra produksi utama
kentang di Indonesia terletak di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan
Sumatera Utara (Wattimena, 2000). Perbanyakan benih kentang bebas penyakit di
Jawa Barat telah dimulai sejak tahun anggaran 1991/1992 dalam program kerjasama
antara Pemerintah Republik Indonesia dan Jepang melalui Japan International Corporation
Agency (JICA). Tujuan utamanya adalah untuk memperoleh benih kentang bermutu
tinggi, bebas dari penyakit dengan harga yang terjangkau oleh petani.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
A. Teknik Persiapan Tanam
a. Persiapan Benih
Bibit
kentang merupakan umbi yang akan dijadikan bibit atau bahan yang akan ditanam. Bibit
tanaman kentang berasal dari umbi. Umbi
bibit berasal dari umbi produksi berbobot 30-50 gram. Pilih umbi yang cukup tua
antara 150-180 hari, umur tergantung varietas, tidak cacat, umbi baik, varietas
unggul.
Umbi disimpan di dalam rak/peti di gudang dengan sirkulasi
udara yang baik (kelembaban 80-95%). Lama penyimpanan 6-7 bulan pada suhu
rendah dan 5-6 bulan pada suhu 25 Celcius. Pilih umbi dengan ukuran sedang,
memiliki 3-5 mata tunas. Gunakan umbi yang akan digunakan sebagai bibit hanya
sampai generasi keempat saja. Setelah bertunas sekitar 2 cm, umbi siap ditanam.
Bila bibit diusahakan dengan membeli, (usahakan bibit yang
kita beli bersertifikat), berat antara 30-45 gram dengan 3-5 mata tunas.
Penanaman dapat dilakukan tanpa dan dengan pembelahan. Pemotongan umbi
dilakukan menjadi 2-4 potong menurut mata tunas yang ada. Sebelum tanam umbi
yang dibelah harus direndam dulu di dalam larutan Dithane M-45 selama 5-10
menit. Walaupun pembelahan menghemat bibit, tetapi bibit yang dibelah
menghasilkan umbi yang lebih sedikit daripada yang tidak dibelah. Hal tersebut
harus diperhitungkan secara ekonomis.
b. Persiapan Lahan
Setiap tanaman membutuhkan kondisi lingkungan serta
keadaan tanah sesuai untuk tumbuh kembangnya secara optimal. Begitu pula dengan
tanman kentang. Pada dasarnya,lahan yang digunakan untuk bercocok tanaman harus
diolah terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar tanah serta membantu melancarkan
sirkulasi udara dalam tanah dan menghilangkan gas-gas beracun yang memungkinkan
ada pada tanah (setiadi dan Nurulhuda (1993:26). Menurut AAK (1992:148). Tanah
yang hendak ditanami kentang harus sesuai dengan syarat hidup kentang, karena
apabila kentang ditanami tanah berat, kentang tersebut akan lebih mudah
terserang penyakit dan terdapat kemungkinan bentuk umbinya kurang baik dan
kotor.
Persiapan lahan yang dilakukan untuk
budidaya tanaman kentang dimulai dari mengolah lahan tersebut sebelum ditanami
kentang. Setiadi dan Nurulhuda (1993:27) berpendapat bahwa tahap-tahap
pengolahan lahan dimulai dari membajak tanah untuk membalik posisi tanah, lalu
dibiarkan selama beberapa hari supaya terkena sinar matahari langsung, setelah
itu tanah tersebut dicangkul atau digaru, lalu dibiarkan terlebih dahulu dalam
beberapa hari, kemudian tanah tersebut dibajak kembali.
c. Jarak Tanam
Sebelum
melaksanakan penanaman terlebih dahulu membuat garitan tanah yang sesuai dengan
jarak tanam yang dianjurkan yaitu 25cm x 50cm atau 30cm x 50cm tergantung pada
varietas dan tingkat kesuburan tanah garitan dibuat sedalam 20cm dimana
nantinya kedalam garitan ditaburkan kompos atau pupuk kandang yang telah
matang. Diatas pupuk kandang juga diberikan pupuk buatan sebagai pupuk dasar.
d. Pemupukan dan Penanaman
Pemupukan
dan penanaman dasar adalah dua kegiatan yang saling terpaut atau dilaksanakan
secara bersama dilapangan. Penanaman sebaiknya dilakukan pada pertengahan musim
hujan atau akhir musim hujan.Sebagai pupuk dasar diberikan pupuk ZA, SP36, KCl
dan NPK yang diberikan sebagai pupuk susulan yaitu pada saat tanaman berumur
25-30 hari setelah tanam atau bersamaan dengan pembubunan tahap pertama.
BAB III
KESIMPULAN
Sebelum dilakukan penanaman kita harus melakukan
persiapan tanam yang baik agar hasil yang diperoleh maksimal. Hal pertama yang
dilakukan yaitu mempersiapkan benih yang berkwalitas baik dari umbi yang cukup tua
antara 150-180 hari, umur tergantung varietas, tidak cacat, umbi baik, varietas
unggul. Persiapan tanam yang baik
meliputi menolah tanah agar tanah cocok untuk tanaman yang akan ditanam hal ini
bertujuan membantu mengoptimalkan dan memperlancar sirkulasi udara dan
menghilangkan gas-gas beracun yang memungkinkan ada pada tanah.
Selain itu kita memperhatikan jarak tanam yang akan
dibuat pada lahan agar sesuai pada tanaman kentang jarak tanam yang dianjurkan
yaitu 25cm x 50cm atau 30cm x 50cm. Sebab setiap tanaman memiliki jarak tanam
syarat pertumbuhan yang berbeda. Selain itu keterkaitan antara penanaman dan
pemupukan baiknya tanaman kentang diberi pupuk pupuk ZA, SP36, KCl dan NPK agar
tumbuh optimal.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1992. Petunjuk
Praktis Bertanam Sayuran. Kanisius: Yogyakarta
Central
International Potato. 1984. Potatoes for the Developing World. Lima,
Peru
Setiadi dan
Surya Fitri Nurulhuda. 1993. Kentang: Varietas dan Pembudidayaan. Penebar Swadaya: Jakarta
Sinung, R.
Basuki. 1989. Production Potato in Indonesia: Prospect for Medium Altitude
Production (Eds J. W. T. Bottema et al.). CGPRT Centre, Bogor
ERVANSYAH
115040201111183
Tidak ada komentar:
Posting Komentar