FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGELOLAAN OPT
Sejarah
Pertanaman
Sejarah pertanaman merupakan hal penting
bagi keputusan pengelolaan OPT. Terdapat
dua alasan mengapa hal itu penting.
Pertama, dengan diketahuinya sejarah pertanaman akan memberikan petunjuk
yang berharga berkenaan dengan OPT yang kemungkinan akan hadir. Konsep ini berlaku untuk semua OPT
“soil-borne”, seperti nematoda, beberapa pathogen (mis, layu vertcillium,
fusarium), gulma secara umum dan beberapa serangga hama (mis: ulat tanah, wireworm). Kedua, dengan diketahui sejarah pertanaman
juga akan dapat digunakan untuk berjaga-jaga bagi pengelola untuk mengatasi
permasalahan yang mungkin muncul sebagai akibat penggunaan pestisida
sebelumnya. Pengaruh yang terbawa akibat
penggunaan pestisida sebelumnya akan berkaitan dengan pembatasan jenis tanaman
yang akan ditanam.
Ukuran dan Lokasi
Lahan
Lokasi dan letak lahan akan menentukan
pemilihan taktik pengendalian secara ketat.
Hal ini diperlukan sebagai bagian monitoring, dengan mencatat adanya
factor-faktor yang dapat membatasi pilihan taktik. Beberapa tipe faktor yang diperlukan sebagai
bahan pertimbangan adalah sebagai berikut :
1.
Pertanaman di sekitar
1.1.
Pertanaman di sekitar dapat
sebagai sumber masalah hama ,
bila merupakan spesies yang mobile;
sebagai contoh: kepik Lygus, akan bermigrasi dari tanaman safflower
menuju tanaman kapas segera setelah tanaman safflower tua
1.2.
Tanaman yang berdekatan atau
pembatas ada kemungkinan sangat peka terhadap drift penyemprotan pestisida
sehingga dapat membatasi pemilihan penggunaan pestisida.
2.
Areal di sekitar yang secara
ekologis peka
2.1.
Terdapat habitat kehidupan liar
atau refugia
2.2.
Terdapat spesies yang dapat
terancam di wilayah itu
2.3.
Terdapat aliran air dan sungai yang digunakan masyarakat
2.4.
Terdapat kondisi tanah/geologic
yang dapat menambah resiko kontaminasi air tanah oleh pestisida.
3.
Lokasi perumahan dan sekolah
serta struktur lainnya yang harus dipertimbangkan
4.
Ukuran lahan / pola pertanaman
4.1.
Pertanaman monokultur dalam
luasan ratusan hektar akan menimbulkan kesulitan dalam pengambilan contoh
(sample) dan apabila nilai ambang (threshold) tercapai kesulitan yang dihadapi
adalah memobilisasi peralatan saat melaksanakan perlakuan untuk keseluruhan
areal, sekalipun penyemprotan melalui udara.
4.2.
Konsep threshold akan menjadi
sulit untuk diterapkan pada lahan sempit
dengan pertanaman campuran, karena threshold untuk pertanaman campuran
tidak bisa.
Monitoring Cuaca
Bedasar jangka pendek, cuaca dapat
menentukan pemilihan taktik. Contoh,
angin yang tinggi akan membatasi aplikasi berbagai pestisida, tanah basah akan membatasi penggunaan
peralatan berat di lapang, turunnya hujan yang diikuti pengolahan tanah akan
meniadakan pengelolaan gulma, turunnya hujan segera setelah aplikasi pestisida
di daun akan mencuci pestisida dari permukaan daun sebelum pestisida tersebut
bekerja.
Bagi OPT yang perkembangannya sangat cepat
akan menyebabkan terjadinya infeksi, tetapi yang periode inkubasinya panjang
(seperti scab pada apel atau hawar daun pada kentang), monitoring untuk gejala
yang tampak adalah tidak dapat digunakan.
Bagi pathogen semacam ini pilihan monitoringnya adalah kondisi
lingkungan dan kondisi yang dapat dideteksi, seperti suhu dan kelembaban yang
tepat, kondisi tersebut sangat sesuai untuk terjadinya infeksi.
Monitoring cuaca juga penting bagi
pengelolaan hama
karena factor tersebut dapat mempengaruhi laju perkembangan hama .
Kecuali mamalia, semua hama adalah berdarah
dingin (poikilothermic) dan oleh karena itu suhu akan mengatur laju
perkembangannya. Prediksi laju
perkembangan populasi menjadi lebih
penting untuk pengambilan keputusan dalam IPM dan monitoring cuaca juga menjadi
bagian integral dalam pengembangan program IPM.
Data kondisi cuaca dapat diperoleh dari alat pencatat yang dipasang di
pertanaman.
Model untuk
Peramalan
Kemampuan menggunakan data cuaca untuk
memprediksi perkembangan populasi dan outbreak hama telah banyak disempurnakan melalui
pengembangan model computer. Model
tersebut dapat menggabungkan pengetahuan biologi hama dengan informasi cuaca spesifik untuk
memprediksi kapan aktifitas pengelolaan akan diperlukan. Model tidak merekomendasi taktik yang
digunakan. Data cuaca yang digunakan
saat ini adalah :
1.
Model perkembangan serangga
berdasar degree-day yang menggunakan data dari perangkap feromon untuk
menentukan biofix (set or start) point
2.
Model suhu dan kelembaban
(durasi basah) yang memprediksi periode infeksi pathogen.
Standard Kosmetik
Standard kosmetik
terbentuk karena sikap masyarakat terhadap adanya organisme hama dalam makanan atau kerusakan dan noda
yang disebabkan hama ,
sehingga kualitas hasil dan nutrisi suatu komoditi tidak dapat diterima. Keberadaan standard kosmetik disebabkan
konsumen tidak suka membeli produk yang terinfestasi serangga, atau yang
menunjukkan adanya noda yang kecil sekalipun.
Standard kosmetik menghasilkan tidak dapat diterimanya kehilangan pada
tingkat luka yang sangat rendah dibandingkan kehilangan hasil yang sebenarnya. Toleransi yang rendah tersebut menunjukkan
bahwa teknik monitoring tidak dapat digunakan karena kerusakan kosmetik akan
terjadi pada saat hama
terdeteksi. Dalam kasus yang demikian
taktik pengendalian diimplementasikan sebelum hama terdeteksi (contoh, melakukan
penyemprotan terjadwal), atau ketika pertama kali ditemukan hama atau kerusakan. Bentuknya lebih cenderung sebagai perlakuan
yang bersifat pencegahan.
Menilai
Resiko/Keamanan
Dilema penilaian resiko untuk
pengelolaan hama
ditunjukkan pada gambar berikut,
Grafik tersebut
menunjukkan satu spesies hama
pada tiga tanaman yang berbeda. Pada
tanaman (a), populasi hama
meningkat secara cepat; pada tanaman (b), peningkatannya moderat saja; dan pada
tanaman (c), peningkatannya minimal.
Grafik tersebut juga dapat menggambarkan tiga hama yang berbeda pada satu spesies tanaman,
dengan meningkatnya secara cepat
populasi hama
pada tingkat yang tinggi, hama
(b) meningkat kurang cepat; dan hama
(c) meningkat pada level yang rendah saja.
Situasi untuk populasi (c) relative mudah untuk dinilai; tidak ada
tindakan yang diperlukan dan monitoring akan menunjukkan baik secara statistic,
atau damage threshold terlampaui,
populasi berhenti meningkat sebelum mencapai tingkatan Economic
Threshold (ET). Situasi hama (a) juga relative mudah dinilai karena
populasi meningkat secara cepat pada tingkat ET, dan proyeksinya menunjukkan
bahwa EIL terlampaui. Situasi hama (b) menyulitkan
dalam pengambilan keputusan, dan kemungkinan merefleksikan situasi bagi
kebanyakan hama . Pada saat ET terlampaui, pengelola harus
memutuskan untuk memulai tindakan.
Secara teori contoh dalam gambar b di atas, tidak diperlukan tindakan,
tetapi kesimpulan tersebut tidak jelas.
Pada saat ET tecapai, situasinya tidak jelas apakah populasi akan terus
meningkat. Pengalaman akan memegang
peranan penting dalam tipe situasi seperti itu.
Banyak pengelola akan menemui resiko perlakuan yang sedang dilaksanakan
tidak dapat diterima, khususnya untuk tanaman sayuran yang nilai ekonomisnya
tinggi.
Ekonomis
Dalam menetapkan kehilangan ekonomis dan
keuntungan dari hasil monitoring dan penggunaan threshold adalah sangat sulit. Situasi yang kerapkali muncul, dimana
threshold yang dikembangkan secara teori dalam kondisi terkendali, ternyata
sulit untuk diimplementasikan di lapangan. Alasan ekonomis terhadap kesulitan
tersebut adalah sbb.
1.
Bila biaya monitoring adalah
sama dengan biaya perlakuan, maka perlakuan kemungkinannya akan dilakukan tanpa
monitoring. Kasus tersebut banyak
ditemukan pada komoditi yang nilai ekonomisnya rendah, dimana perlakuan yang dibuat relative rendah
biayanya, seperti penyemprotan herbisida phenoxy untuk mengendalikan gulma
berdaun lebar pada tanaman serealia.
2.
Ketidak pastian kehilangan
ekonomis yang disebabkan oleh serangan lebih dari satu hama adalah merupakan masalah. Dalam situasi yang demikian, banyak analisis
ekonomis spesies tunggal yang tersedia mungkin tidak menggambarkan kehilangan
hasil yang dialami sebenarnya oleh
petani. Permasalahan tersebut
memperlambat adopsi IPM di berbagai agroekosistem.
3.
Nilai ekonomis komoditas
mungkin berubah antara waktu dimana keputusan pengelolaan dibuat dan komoditas
dipanen. Antisipasi keuntungan dari
tanaman menentukan berapa banyak investasi dalam pengendalian hama dapat diterima. Hal ini khususnya bagi sayuran yang
dipasarkan dalam bentuk segar, dimana situasi harga pasar dapat secara cepat
berubah. Sebagai contoh, keputusan untuk
tidak melakukan perlakuan pada lettuce
minggu ini ternyata mendatangkan kerugian jika nilai tanaman dua kali
lipat 10 hari berikutnya pada saat panen.
Permasalahan semacam ini tidak mudah untuk dijawab, dan banyak petani serta
penasihat pengendali hama
yang sifatnya sangat berhati-hati.
Masalah ini juga memperlambat adopsi IPM.
Pada semua kasus yang
dibahas di atas, biaya dan keuntungan terhadap lingkungan tidak dipertimbangkan. Tujuan utama system IPM advanced adalah
memasukkan biaya dan keuntungan terhadap lingkungan dan aspek social kedalam
persamaan EIL.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar