Kamis, 07 Maret 2013

Seputar Kediri


ANALISIS POTENSI PRODUK UNGGULAN BIDANG AGROKOMPLEKS DI WILAYAH KABUPATEN KEDIRI

Oleh:
Sri Sulastri1, Hasyim1, Sofwani1, dan Soemarno2
1)     Fakultas Pertanian, IPM, Malang
2)     Fakultas Pertanian UNiversitas Brawijaya

ABSTRAK

Kajian potensi ekonomi Produk Unggulan di wilayah Dati II Kabupaten Kediri ini dimaksudkan untuk memberikan arah, pedoman, dan landasan dalam rangka pembangunan ekonomi rakyat yang maju, efisien dan tangguh, dengan membentuk sentra-sentra produk unggulan di masing-masing wilayah pada Dati I Kabupaten Kediri.  Tujuan kegiatan ini adalah: (1). Identifikasinya potensi, kondisi dan permasalahan produk/ komoditas unggulan yang sudah berkembang, sedang berkembang dan akan dikem­bangkan pada suatu wilayah; (2). Peningkatkan kualitas dan kuantitas produk unggulan pada sentra produksi daerah setempat, melalui upaya-upaya peningkatkan budidaya /teknologi produksi komoditas unggulan pada masing-masing wilayah; dan (3). Inventarisasi teknologi Produksi / budidaya maupun teknologi produksi komoditas unggulan, serta peningkatkan pengembangan sistem informasi bisnis dan informasi pasar komoditas unggulan. 
Beberapa hasil kajian diabstraksikan sbb:
Produk unggulan wilayah merupakan produk hasil usaha masyarakat desa yang memiliki peluang pemasaran yang tinggi dan menguntungkan bagi masyarakat desa. Berdasarkan pada kriteria ini, beberapa produk unggulan pertanian adalah: Padi sawah; Padi Gogo; Jagung; Kedelai; Kacang Tanah; Kelapa; Kopi; Tebu; Sapi perah; Sapi Potong; Kambing/ Domba; Ayam Buras; Ayam ras; Pisang; Mangga; Rambutan; Jambu air; Semangka/Melon/Ketimun; Melinjo; Pepaya; Durian; Nangka; Cabe; dan Sukun.
Pengembangan produk-produk unggulan wilayah dalam rangka untuk memberdayakan ekonomi rakyat setempat dapat dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan Koperasi Pengelola Produk Unggulan sebagai “LEMBAGA EKONOMI RAKYAT YANG MENGAKAR & MANDIRI”. Koperasi seperti ini dapat dikembangkan dari lembaga-lembaga ekonomi tradisional yang telah ada, atau melalui rekayasa sosial yang sesuai.
Beberapa macam kendala dalam pemberdayaan ekonomi rakyat di wilayah pedesaan ialah (1) keterbatasan kapabilitas sumberdaya alam, (2) masih adanya lokasi yang terisolir dan  terbatasnya sarana dan prasarana fisik, (3) keterbatasan penguasaan modal dan teknologi, (4) lemahnya kemampuan kelembagaan penunjang pembangunan di tingkat perdesaan, dan (5) masih rendahnya akses masya­rakat terhadap peluang-peluang bisnis yang ada. Berdasarkan faktor pembatas dan kendala yang ditemukan disu­sunlah konsep strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pengembangah usaha produk unggulan wilayah.
Kelompok sasaran strategis dalam pengembangan produk unggulan wilayah adalah : (a)          Kelembagaan sosial -tradisional yang ada di masyarakat, seperti koperasi, kelompok tani, kelompok peternak, Paguyuban dan lainnya; (b) Lembaga Kelompok tani komoditas yang telah ada; (c). Warung pengecer bahan pokok, baik milik perorangan, kelompok (pra koperasi), maupun waserda milik koperasi untuk diberdayakan / dikembangkan usahanya; (d). Pengusaha dan Pengusaha Kecil, baik perorangan maupun kelompok, terutama jama'ah masjid/Kopontren yang bersangkutan yang bergerak di bidang produksi agribisnis/agroindustri dan sektor lainnya untuk diberdayakan/dikembangkan, sehingga pada gilirannya dapat memperluas  kesempatan kerja (menyerap tenaga kerja); dan (e) Tenaga Kerja Terampil untuk dilatih dan ditempatkan sebagai pendamping dan atau tenaga profesional / pengelola unit-unit usaha.
Penerapan teknologi tepat guna diharapkan dapat membantu pengembangan usaha produksi produk unggulan di wilayah pedesaan dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.  Keberadaan “POSYANTEKDES” (PUSAT PELAYANAN TEKNOLOGI PEDESAAN)  di bawah kendali Koperasi Produk Unggulan dan bermitra dengan Perguruan Tinggi mampu menjadi wahana yang efektif dalam proses alih teknologi tepat guna di wilayah pedesaan. Kebun Teknologi ini dapat  berfungsi ganda sebagai: (1). Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknologi Tepat-guna, yang dapat diakses oleh para santri  dan oleh masyarakat;  (2) Pusat Penyuluhan, DEMOPLOT Ujicoba Penerapan Teknologi, dan Kaji Tindak ; (3). Pusat Pelayanan dan Informasi IPTEK yang mampu menjalin hubungan dengan jaringan informasi IPTEk yang lebih luas..


---------------
Kata kunci: Produk Unggulan Wilayah



PENDAHULUAN

Pembangunan daerah hingga Pelita VI saat ini telah membuktikan bahwa kebutuhan sumberdaya alam semakin banyak dan senantiasa menghadapi berbagai kendala yang semakin serius, terutama di wilayah perdesaan.  Dalam kondisi seperti ini sangat diperlukan penajaman prioritas pemanfaatan sumberdaya alam dan pembinaan sumberdaya wilayah lain-nya dengan meli­batkan secara penuh segenap warga setempat, terutama di daerah-daerah yang potensi sumber daya alamnya sangat terbatas dan kondisi pembangunan wilayahnya masih tertinggal dibandingkan dengan daerah lainnya. Dalam kondisi seperti ini diperlukan mekanisme perenca-naan, pelaksanaan, peman­tauan dan evaluasi proyek-proyek pembangunan ekonomi secara cepat, tepat dan akurat.
Wilayah Kabupaten Kediri terbagi menjadi beberapa wilayah kecamatan yang masing-masing mempunyai karakteristik dan potensi wilayah yang berbeda-beda, baik potensi sumber daya manusia, sumberdaya alam, serta infrastruktur penunjang pembangunan. Hal ini mengisyaratkan adanya berbagai produk unggulan wilayah yang secara potensial dapat dikembankan. Potensi sumberdaya ini tampaknya masih belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal, terutama karena terbatasnya modal dan teknologi. Beberapa kendala yang dihadapi antara lain karena masih terbatasnnya informasi teknologi dan informasi pasar yang diperlukan untuk mengembang kan wilayah tersebut, serta lemahnya akses masyarakat terhadap peluang-peluang bisnis yang ada.
Suatu bentuk kelembagaan dengan ikatan-ikatan dan hubungan sosial-ekonomi berdasarkan kebutuhan masyarakat diperlukan dalam memba ngun Sentra Pengembangan Komo ditas Unggulan (SPAKU), sehingga memberikan manfaat dan memung kinkan keterliba­tan penuh anggota-anggotanya. Langkah awal dalam upaya rekayasa dan peningkatan fungsi kelembagaan tersebut adalah mene mukan lembaga-lembaga tradisional yang tumbuh dalam komunitas perde saan khususnya dalam pengusahaan komoditas andalan, sejak penanaman, pertanahan,  pengerahan tenaga kerja, perkredi­tan, panen dan pengolahan serta pemasaran hasil.  Selan­jutnya, keberhasilan sistem produksi menuntut adanya bentuk-bentuk kelem­bagaan yang lebih besar dan berorientasi ekonomis sehingga mampu mengelo­la sistem pertanian secara lebih efektif dan mampu meningkatkan kesejat­eran masyarakat. Dalam rangka pengem bangan komoditas unggulan yang berwawasan agroe­kosistem, dan mendukung upaya-upaya pemberda yaan ekonomi masyarakat, maka dipandang perlu untuk dilakukan identifikasi potensi komoditas UNGGUL AN wilayah serta strategi pengem bangannya.
Salah satu upaya di wilayah Jawa Timur untuk mengentas kemiskinan masya­rakat desa dan mencegah terjadinya kesenjangan antara desa-kota yang semakin melebar, ialah Gerakan Kembali ke Desa (GKD).  Dengan GKD ini diharapkan pembangunan wilayah perdesaan dapat diselaraskan dengan wilayah lainnya yang lebih maju.  Hal seperti ini dapat dicapai kalau pertumbuhan desa dapat dipacu sedemikian rupa sehinggga lebih cepat. GKD pada hakekatnya merupakan upaya teren-cana yang melibatkan kerja­sama pemerintah , suasta dan segenap masyarakat untuk memberdayakan ekonomi masyarkat di wilayah perde-saan. Tujuan GKD secara lebih rinci adalah: (1). mening­katkan kesejah teraan masyarakat, pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja di perdesaan, (2) menciptakan pemerataan, mempersem­pit kesen-jangan, dan memperbaiki hubungan desa-kota, (3) meng gali potensi unggulan ekonomi lokal dan merang sang tumbuhnya peluang kerja dan kesempatan kerja dan berusaha, (4) mengeliminasi urbanisasi desa ke kota, (5) mendorong hubungan kerja yang harmonis antara pemerin­tah, suasta dan masya rakat, (6) menumbuhkan suasana kondusif bagi segenar masya rakat desa.
Salah satu upaya di Jawa Timur untuk mengentas kemiskinan masya­rakat desa dan mencegah terjadinya kesenjangan antara desa-kota yang semakin melebar, ialah Gerakan Kembali ke Desa (GKD).  Dengan GKD ini diharapkan pembangunan wilayah perdesaan dapat diselaraskan dengan wilayah lainnya yang lebih maju.  Hal seperti ini dapat dicapai kalau pertumbuhan desa dapat dipacu sedemikian rupa sehinggga lebih cepat. GKD pada hakekatnya meru pakan upaya terencana yang meli batkan kerja­sama pemerintah , suasta dan segenap masyarakat untuk memba ngun wilayah perdesaan. Tujuan GKD secara lebih rinci adalah:  (1). mening­katkan kesejahteraan masyarakat, pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja di perdesaan, (2) menciptakan pemerataan, memper sem­pit kesenjangan, dan memperbaiki hubungan desa-kota,  (3) menggali potensi unggulan ekonomi lokal dan merangsang tumbuhnya peluang kerja dan kesempatan kerja dan berusaha,  (4)  mengeliminasi urbanisasi desa ke kota, (5) mendorong hubungan kerja yang harmonis antara pemerin­tah, suasta dan masyarakat,  (6) menum buhkan suasana kondusif bagi segenar masyarakat desa.
Beberapa program prioritas yang harus dikembangkan dalam GKD ialah:

(1).   Satu wilayah perdesaan
        satu produk unggulan
Produk unggulan merupakan produk hasil usaha masyarakat desa yang memiliki peluang pemasaran yang tinggi dan menguntungkan bagi masyarakat desa. Beberapa kriteria dari produk unggulan adalah (a) mempunyai daya saing yang tinggi di pasaran (keuni­kan /ciri spesifik, kuali tas bagus, harga murah); (b) meman­faatkan potensi sumberdaya lokal yang potensial dapat dikem­bangkan; (c) mempunyai nilai tambah tinggi bagi masyarakat perdesaan; (d) secara eko nomi menguntungkan dan bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan dan kemampuan sumberdaya manusia; (e) secara administrasi layak didukung oleh modal bantuan atau kredit.

(2).   Teknologi Masuk Desa
Teknologi masuk desa meliputi upaya pengenalan, proses trans­formasi dan pelatihan masyarakat desa dengan tujuan meningkat­kan ketrampilan dan nilai produk masyarakat desa. Beberapa kriteria teknologi ini ialah: (a) mendu kung upaya peningkatan nilai tambah produk lokal; (b) mampu meningkatkan jumlah pro­duksi dan efisiensi; (c) tidak merugikan eksistensi tenagakerja lokal; (d) murah; mudah dipelajari; mudah perawatannya dan menjanjikan keuntungan; (e) dapat berupa teknologi material ataupun teknologi sosial.
(3).   Pengusaha masuk desa
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah (a) menjalin hubun­gan kemitraan yang saling menguntungkan dan adil; (b) pembata­san pengaruh negatif penetrasi modal dari luar; (c) produsen lokal harus didukung fasilitas kredit murah dan berkelanjutan; (d) diciptakan iklim kondusif bagi tumbuh-kembangnya pengusaha lokal yang mandiri (individu atau kelompok); (e) mengoptimalkan peranserta lembaga-lembaga yang ada.

(4).   Pasar Desa
Pasar desa yang dimaksud ialah kegiatan untuk mendorong tumbuh­nya media yang mendukung kelancaran proses pemasaran produk dan transaksi usaha di antara masyarakat desa itu sendiri atau dengan pihak luar desa.
Beberapa macam kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan wilayah perdesaan di Jawa Timur ialah (1) keterbatasan kapabilitas sumber daya alam, (2) masih adanya lokasi yang terisolir dan  terbatasnya sarana dan prasarana fisik, (3) keterbatasan penguasaan modal dan teknologi, (4) lemahnya kemampuan kelembagaan (formal dan non-formal) penunjang pembangunan di tingkat perdesaan, dan (5) masih rendahnya akses masya­rakat terhadap peluang-peluang bisnis yang ada.
Tujuan kegiatan Kajian potensi ekonomi Produk Unggulan wilayah ini adalah identifikasinya potensi, kondisi dan permasalahan produk/ komoditas unggulan yang sudah berkembang, sedang berkembang dan akan dikem­bangkan pada suatu wilayah.


METODE PENELITIAN

1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pekerjaan identifilkasi/ Pewilayahan komoditas /produk unggulan pada DATI I Kabupaten Kediri adalah sbb:
1.  Pengumpulan data sekunder dan primer atas sektor-sektor ekonomi
2.  Identifikasi potensi dan kondisi sumberdaya (alam dan manusia), agroekosistem, agroklimat, agro-sosio-teknologi, sosial ekonomi dan budaya masing-masing DATI II pada DATI II Kediri, pada subsektor industri, pertanian tanaman pangan, kehutanan dan perkebunan, perikanan dan peternakan.
3.  Analisis /observasi Lapangan seperlunya
4.  Analisis data sekunder dan primer
5.  Penyusunan peta pewilayahan komoditas /produk unggulan subsektor pertanian mencakup lokasi, komoditas dan kegiatan
6.  Penyusunan kesesuaian lokasi epengembangan sentra komoditas /produk unggulan
7.  Penyusunan prioritas komoditas unggulan pada daerah setempat
8.  Pembentukan sentra-sentra pengembangan produksi subsektor perta­nian tanaman pangan, perkebunan, perikanan darat dan peternakan.

2. Batasan Konsep

2.1. Sistem Usaha Produktif
Menurut Mosher (l968) usahatani adalah suatu organisasi produk­si, petani sebagai pelaksana untuk mengorganisasi tanah (alam), tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian baik yang didasarkan atas pencaharian laba atau tidak. Usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat mengha­silkan pendapatan untuk membayar semua biaya dan alat yang diperlu­kan, dengan kata lain keberhasilan suatu usahatani berkaitan erat dengan pendapatan dan biaya yang dikeluarkan (Hadi Saputro, 1979). Kemampuan menghasilkan produk pertanian pangan ditentukan oleh berba­gai faktor, termasuk biofisik, sosial, ekonomi dan politik. Beberapa faktor bio-fisik penting yang berpengaruh terhadp keberhasilan usa­hatani adalah sumberdaya lahan dan air, kondisi agroklimat, teknologi pengelolaan tanaman, varietas tanaman yang memberikan respon tinggi terhadap pengelolaan, dan penyediaan sarana produksi.
Di dalam sistem pertanian, lahan merupakan alat produksi yang mempunyai peran ganda, yaitu sebagai temapat pertumbuhan tanaman, menyediakan unsur hara, sumber air, tempat peredaran udara, dan tampat berlangsungnya berbagai macam kegiatan pengelolaan.  Oleh karena itu pengetahuan tentang sifat-sifat dan karakteristik lahan merupakan dasar dari usaha pengembangan komoditi secara intensif. Di samping faktor lahan, pengetahuan tentang kondisi agroklimat juga memegang peranan penting. Beberapa unsur agroklimat seperti suhu, curah hujan , kelembaban, radiasi matahari dan angin, merupakan dasar pertimbangan penting untuk menentukan jenis tanaman yang akan dibudi­dayakan dan periode pengusahaannya. Kesalahan dalam menentukan syarat iklim bagi tanaman akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak normal, sehingga produktivitasnya akan jauh menyim pang dari potensi sebenarnya.

2.2.  Wilayah Pengembangan Produk Unggulan Agro kompleks
Dinamika pembangunan pertanian hingga saat ini telah membuktikan bahwa kebutuhan sumberdaya eko nomi semakin banyak dan senantiasa menghadapi berbagai kendala yang semakin serius, terutama keterse­diaan sumberdaya lahan yang layak.  Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan pentajaman prioritas pemanfaatan sum berdaya lahan dan sekaligus penge tatan pengawasan konversi lahan.  Salah satu kebijakan pemerintah dalam hal ini adalah Tata Guna Lahan. Kebijakan umum ini telah berupaya membatasi penggunaan lahan sesuai dengan kapabilitas­nya.  Namun demikian kebijakan umum ini masih harus didukung dengan kebijakan-kebijakan yang lebih rinci di setiap kawasan penggunaan lahan pertanian.
Akhir-akhir ini telah diperkenalkan konsepsi Pewilayahan Produk Unggul an untuk mendukung kebijakan pemba ngunan pertanian yang berkelanju­tan dan secara lebih luas lagi untuk lebih memantapkan pendekatan pewila yahan pembangungan pada umumnya. Pada hakekatnya konsepsi pewila yahan komoditi ini ingin membatasi upaya pengembangan suatu komoditi pertanian pada lokasi yang memenuhi persyaratan agroekolo­gis, memenuhi kelayakan agroekonomi dan agro-sosio-teknologi, aksesi­bilitas lokasi memadai, dan diseconomic-externality yang ditimbulkan­nya dapat dikenda likan.  
Persesuaian syarat agroekologis menjadi landasan pokok dalam pengembangan komoditi.  Penyimpang an dari persyaratan ini bukan hanya akan menimbulkan kerugian finansial dan ekonomi, tetapi juga akan mengakibatkan biaya-sosial yang berupa degradasi dan kemerosotan kualitas sumberdaya lahan. Di lokasi-lokasi tertentu, seperti lahan kering di bagian hulu DAS, biaya sosial tersebut bisa bersifat internal seperti kemunculan tanah-tanah kritis dan bersifat eksternal seperti sedimentasi di berbagai fasilitas perairan, serta merosotnya kualitas perairan di daerah bawahnya.  Atas dasar inilah maka evaluasi kesesuaian agroekologis merupakan bottle neck dalam kerangka metodologi pewilayahan komoditi.  Beberapa metode dan prosedur dapat digunakan untuk kepentingan ini.
Evaluasi kesesuaian komoditi secara agroekologis dilakukan pada satuan analisis sistem-lahan dengan melibatkan berbagai jenis komodi­ti.  Dengan demikian suatu wilayah akan terbagi ke dalam sejumlah sistem-lahan dan setiap sistem-lahan dimungkinkan adanya  beberapa komoditi yang sesuai.  Penyusunan skala prioritas bagi pengembangan sistem-lahan dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan location-value yang merupakan fungsi dari tingkat aksesibilitasnya.  Sedangkan prioritas komoditi dapat disusun berdasarkan keunggulan komparatif dan daya dukung agro-sosio-teknologinya. 
Dalam kebijakan pembangunan pertanian secara nasional dan re­gional, pendekatan pengembangan wilahay tersebut dijabarkan dalam bentuk Kebijakan Pewilayahan Komoditas.  Pewilayahan komoditas ini dianggap menjadi suatu sarana yang sangat penting dalam mengamankan produktivitas komoditi strategis, mengingat semakin besarnya intensi­tas persaingan antar komoditas dan persaingan antar sektor pembangu­nan.  Persaingan-persaingan ini pada akhirnya akan terjelma kepada tingginya tekanan atas lahan dan tingginya laju konversi penggunaan lahan.  Hal ini selanjutnya akan berdampak sangat luas, baik terhadap pengembangan komoditas itu sendiri maupun terhadap kelestarian sumber­daya lahan dan kualitas lingkungan hidup secara luas.

2.3. Pendekatan Agribisnis / Agro-industri
Sistem usaha pertanian yang mengintegrasikan faktor produksi lahan, tenagakerja, modal dan teknologi/manajemen sangat dipengaruhi oleh kondisi spesifik wilayah, yang mencakup bio-fisik, ekonomi, dan sosial. Sektor pertanian hingga saat ini masih diartikan sebagai "sistem usaha pertanian" yang sangat berkaitan erat dengan sistem lainnya seperti industri hulu, industri hilir, pemasraan/perdagangan dan permintaan datri konsumen.  Keseluruhan aspek-aspek ini terinte­grasi dalam penger­tian makna yang luas lazim disebut "Sistem Agribisnis" .  Keseluruhan sistem yang berkaitan dengan sektor pertanian tersebut sangat dipen­garuhi oleh kondisi sumberdaya, kelembagaan, dan kebijaksanaan pem­bangunan pertanian. 
Dari keseluruhan sistem agribisnis seperti yang di-abstraksikan di atas, dapat diambil beberapa aspek atau bidang kajian epenting, yaitu:
(a).  Sistem Agribisnis dan Perda-gangan / pemasaran
(b).  Sumberdaya manusia dan kelem bagaan
(c). Pengelolaan sumberdaya alam
(d).  Sistem usaha pertanian (atau usa-hatani)
(e). Pengembangan agroindustri
(f).   Rintisan dan pengembangan produk.
Dengan demikian "agribisnis" meli puti seluruh sektor yang terlibat dalam pengadaan bahan masukan /input usahatani; terlibat dalam proses produk si bio-ekonomik; menangani pemro sesan hasil-hasil usahatani; penye baran, dan penjualan produk-produk pemrosesan terse­but kepada konsu-men.  Dalam kaitannya dengan komo ditas   di suatu wilayah , sebagian be-sar aktivitas ekonomi dapat dilakukan oleh petani dan penduduk pedesaan dengan skala ekonomi yang berbeda-beda. 

3. Jenis dan Sumber Data
Data dan informasi yang dikum pulkan diarahkan untuk dapat membe rikan gambaran  tentang tata ruang dan potensi sumberdaya wilayah DATI II Kabupaten Kediri serta peruntukannya untuk pengembangan  pertanian.  Iden tifikasi komoditas yang dapat diusaha kan pada kawasan pertanian tersebut juga penting  sebagai bahan pertim bangan untuk penyusunan rencana pengem­bangan.


HASIL DAN PEMBAHASAN

1.  DESKRIPSI KONDISI DAN PO-TENSI WILAYAH

1.1. Letak dan Luas
Kabupaten Kediri yang, terletak di bagian tengah Jawa Timur, yang secara geografis terletak antara 111o.47'- 112.o.18.'BT dan 7.o.36.'- 8.o.0' LS..  Wilayah Kabupaten Kediri terbagi ke dalam 21 wilayah kecamatan.  Luas wilayahnya secara keseluruhan adalah sekitar 138.605 ha dengan luas lahan sawah 48.631ha dan sekitar 89.974 ha merupakan lahan tegalan dan kebun campuran .

1.2. Sumberdaya Lahan
Sistem pertanian lahan kering merupakan penggunaan terluas  dan dikelola  oleh penduduk setempat untuk menanam tanaman pangan dengan pola tanam yang melibatkan padi gogo, jagung, ubikayu, kacang tanah dan kedelai. Sebagian lahan merupakan lahan sawah setengah teknis dan sawah irigasi sederhana dengan pola tanam padi-padi-palawija dan sawah tadah hujan dengan pola tanam padi-palawija.



Tabel  1. Sebaran luas lahan kering menurut wilayah Kecamatan

Kecamatan
Pekara-ngan
Tegalan
Perkebunan
Hutan negara
Lainnya
Jumlah







Mojo
1784
4472
382
1093
999
8730
Semen
627
1616

4017
131
6391
Ngadiluwih
1545
1185


299
3029
Keras
1826
822


96
2744
Kandat
3129
2672
15

2
5818
Wates
1971
2403
576

324
5274
Ngancar
1172
1879
3044
2209
279
8583
Plosoklaten
1736
1103
3147

699
6685
Gurah
1545
761


222
2528
Puncu
1176
1727
1829
1680

6412
Kepoung
1450
2317
368
3638
753
8526
Kandangan
697
771

804
7
2279
Pare
3361
947



4328
Kunjang
538

103


641
Palemahan
1026
106


86
1220
Purwoasri
775
228


157
1160
Papar
992
102


60
1154
Pagu
1336
522


86
1944
Gampengrejo
1188
193


238
1619
Grogol
1739
2308

2759
985
7791
Tarokan
993
1313

515
209
3030
Jumlah
30.608
27447
9464
16.715
5489
89.886
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kediri.







1.2. Sumberdaya Manusia

Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk dengan rataan sebesar  0.10 - 1.84 %/tahun, nilai tertinggi terjadi pada tahun 1980/1981. Jumlah penduduk pada tahun 1992 sebanyak 1.305.675 jiwa yang teridri dari 640.124 jiwa laki-laki dan 665.441 jiwa perempuan, dalam  292.658 rumah tangga. Kepadatan penduduk secara geografis sebesar 500 - 1800 jiwa/Km2, wilayah yang padat penduduknya ialah  Gampengrejo, Ngadiluwih, Pare, Papar, Purwoasri dan Gurah.



Tabel  2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin.

              
Jumlah penduduk (jiwa)      
Kelompok Umur 
Laki-Laki
Perempuan
  Jumlah  
Anak-anak
266.172
273.720         
539.892          
Dewasa
373.952         
391.721         
765.673    

         
         
               
Jumlah        
640.124
665.441  

 Sumber : Kabupaten Kediri dalam Angka 1995/96



Penduduk Menurut Tingkat
Pendidikan
Sistem pendidikan masyarakat secara fungsional dilayani oleh berba­gai kelembagaan pendidikan formal baik negeri maupun swasta umum, maupun yang berkaitan dengan keagamaan khususnya yang ada di Kabupaten Kediri adalah kelembagaan pendidikan formal keislaman, dan pendidikan non-for­mal. Peranan lembaga non-formal belum banyak berkembang walaupun mempun­yai peluang untuk dikembangkan lebih jauh, untuk dapat lebih mendukung program-program pembangunan pede- saan.         Tingkat pendidikan penduduk di masa-masa yang akan datang diantara­nya masih dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan pendidikan orang tuanya, motivasi bersekolah dari anak-anak, serta adanya sarana dan prasarana pendidikan, khususnya yang berada didaerah ini.
Disamping pendidikan formal, pendidikan non-formal khususnya dalam bentuk Pondok Pesantren, belum banyak berkembang di wilayah ini.  Walau­pun demikian pendidikan keagamaan Islam di langgar/masjid atau pengajian- pengajian cukup berkembang, sesuai dengan besarnya pemeluk agama Islam di wilayah ini ( >90% jumlah penduduk beragama Islam).  Bahkan berbagai penyampaian informasi tentang pembangunan banyak memanfaatkan forum-forum pengajian ini.






Tabel  3.  Jumlah penduduk, dan kepadatannya

Kecamatan
Jumlah Penduduk (jiwa)
Jumlah rumah tangga
Kepadatan (jiwa/km2)
Luas wilayah (ha)





Mojo
57.431
13.287
559
10273
Semen
42.477
9.479
528
8042
Ngadiluwih
60.096
15.383
1436
4185
Keras
60.581
14.060
1155
5243
Kandat
87.857
20.151
1013
8672
Wates
76.068
18.010
993
7658
Ngancar
36.617
8.688
389
9405
Plosoklaten
60.916
14.206
688
8859
Gurah
67.675
15.596
1331
5083
Puncu
48.171
11.169
706
6825
Kepoung
70.134
15.556
664
10565
Kandangan
44.337
10.269
1064
4167
Pare
133.978
25.917
1550
8642
Kunjang
33.148
7.407
1106
2998
Palemahan
48.628
11.633
1016
4788
Purwoasri
54.833
11.925
1290
4250
Papar
46.225
9.592
1276
3622
Pagu
73.605
15.823
1218
6044
Gampengrejo
69.130
14.415
1791
3859
Grogol
84.040
19.265
785
10705
Tarokan
49.728
10.827
1054
4720
Jumlah
1.305.675
292.658

138605
Sumber: Kabupaten Kediri dalam Angka, 1997.



Matapencaharian Penduduk dan Ketenagakerjaan
Sebagian besar penduduk Kabupaten arjosari mempunyai matapencaharian dalam bidang pertanian, sedangkan lainnya dalam bidang-bidang peternakan, industri/ pengrajin, buruh-buruh, perdagangan dan berbagai bidang jasa lainnya seperti kesehatan, angkutan.
Dari total penduduk usia produktif yang ada , ternyata belum selu­ruhnya bekerja. Hal ini khususnya sebagai akibat sebagian besar ibu rumah tangga yang tidak bekerja mencari penghasilan, termasuk umur produktif yang masih sekolah, umur dibawah 64 tahun yang sudah tidak mampu bekerja lagi, serta tenaga kerja yang sedang mencari pekerjaan.  Banyak terdapat angkatan muda putus sekolah yang enggan bekerja disektor pertanian, dan tidak mendapatkan pekerjaan diluar sektor pertanian, sehingga masih menganggur.

Tingkat Gizi dan Kesehatan Masyarakat
Gambaran tentang gizi masyarakat dikaji dari informasi kesehatan yang tersedia di Puskemas,dari pola konsumsi harian oleh masyarakat dan persepsi masyarakat tentang makan dan bahan pangan, serta keadaan sanita­si lingkungan pemukiman. Bahan makanan pokok di wilayah Kabupaten Kediri adalah beras.  walaupun demikian dari segi lauk-pauknya masih sangat terbatas, apalagi kebutuhan buah-buahan/sayuran yang dikonsumsi, hanya mengandalkan dari tanaman yang dimiliki. Rataan penduduk di wilayah Kabupaten Kediri menggunakan 70-80% total pendapatan digunakan untuk makan dan minum, dan hanya 20-30% untuk keperluan non makanan dan minum. Oleh sebab itu persepsi tentang makan lebih mengutamakan kenyang dahulu baru kemudian gizi adalah wajar mengingat kondisi perekonomian yang masih terbatas.
Tempat pembuangan khususnya sampah padat dilakukan di belakang rumah atau di pekarangan, begitu juga sampah cair juga dibuang begitu saja di belakang rumah dengan jarak rataan 5 M atau dibuang disaluran air limbah yang dibuat secara sederhana yang kondisinya menunjukkan tidak difungsi­kan. Pemilikan sumur untuk mandi,cuci dan memasak juga masih terbatas, setiap sumur digunakan sekitar 5-10 RT.

1.3. Sistem Produksi Pertanian di Wilayah Pedesaan

(1).  Potensi Produksi Komoditi Perkebunan
Potensi produksi komoditi perkebunan di wilayah Kabupaten Kediri ini disajikan berikut ini.



Tabel  4. Luas Areal dan Produksi Komoditi Perkebunan

No
Komoditas
Luas Areal (ha)
Total Produksi (ton)




1
Tebu Rakyat Intensifikasi
18.785,60
1.672.963,60
2
Kopi
1.375,95
492,839
3
Cengkeh
671,70
117,175
4
Kapok Randu
2.003,17
272,75
5
Kelapa
8.042,86
7.037,22
6
Jambu Mete
444,26
282,830
7
Melinjo
18,712
11,224




Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995.



A. Tanaman Tebu
Sentra produksi tebu pada saat sekarang ialah Kecamatan Kandat, Ngadiluwih, dan Wates.  Budidaya tanaman ini telah dikenal dengan baik hampir oleh seluruh masyarakat, terutama petani lahan kering. Namun demikian masih tampak bahwa keragaman sistem produksinya masih sangat tinggi, dan produktivitasnya masih relatif rendah.



Tabel   5.  Potensi Produksi Tebu Menurut Kecamatan

Kecamatan
Luas areal (ha)
Total Produksi
                   

(ton)



Kandat
2.581,30
215.097,50
Ngadiluwih
1.984,30
179.212,30
Wates
1.600,20
147.238,60
Gurah
1.330,50
130.272,90
Purwoasri
1.239,00
121.278,20
Pagu
922.00
106.207,10
Ploso Klaten
1.047,50
94.763,00
Pare
986,50
84.585,70
Ngancar
1.006,20
79.673,00
Papar
732,80
77.032,70
Gampengrejo
766,20
72.055,50
Pelemahan
791,10
62.598,90
Kunjang
632,50
54.842,50
Puncu
664,00
48.970,20
Kandangan
485,70
44.692,30
Kepung
515,70
42.165,40
Grogol
422,00
36.812,90
Keras
585,00
35.031,20
Tarokan
299,80
24.853,70
Semen
123,10
10.870,50
Mojo
61,20
4.609,50
Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995.
           

B. Tanaman Kapok Randu
Tanaman kapok randu biasanya ditanam di batas lahan tegalan / pekarangan sebagai tanaman pagar atau tanaman pembatas. Sumbangan penghasilan petani dari tanaman kapok randu ini cukup memadai mengingat biaya produksinya hampir tidak ada. Tanaman ini dapat berfungsi sebagai pohon rambatan bagi aneka tanaman menjalar.

C. Tanaman Jambu Mete
Tanaman jambu mete banyak dijumpai di wilayah Kecamatan Ploso-klaten dan mampu memberikan tambahan penghasilan pada petani. Tanaman ini merupakan salah satu dari beberapa jenis tanaman yang mempu bertahan terhadap gejolak kondisi agroekologi setempat. Pohonnya dapat berfungsi sebagai rambatan bagi tanaman merambat lainnya..








Tabel   6. Produksi Kapok Randu Menurut Kecamatan

Kecamatan
Luas areal (ha)
Total Produksi
                   

(ton)



Pare
390,51
60,80
Kandangan
179,93
24,10
Tarokan
168,95
22,70
Pelemahan
159,37
22,20
Semen
114,90
17,90
Ploso Klaten
109,77
16,80
Kepung
98,12
16,60
Keras
84,40
12,70
Mojo
91,50
12,30
Gurah
90,36
10,60
Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995.

Tabel  7.  Sentra Produksi Jambu Mete di Kabupaten Kediri

Kecamatan
Luas areal (ha)
Total Produksi
                   

(ton)



Ploso Klaten
306,67
228,300
Tarokan
56,56
27,900
Kepung
16,58
5,600
Mojo
15,51
5,200
Pare
13,29
4,700
Grogol
8,33
3,600
Kunjang
5,59
3,400
Semen
9,32
3,250
Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995



D. Tanaman Kelapa

Tanaman kelapa dapat digunakan sebagai tanaman naungan bagi tanaman pekarangan.

E.  Tanaman Kopi Rakyat
Sentra produkci kopi rakyat pada saat sekarang ialah Kecamatan Kepung.  Budidaya tanaman ini telah dikenal dengan baik hampir oleh seluruh masyarakat, terutama petani lahan kering. Namun demikian masih tampak bahwa keragaman sistem produksinya masih sangat tinggi, dan produktivitasnya masih relatif rendah. Diperkirakan upaya intensifikasi masih mampu meningkatkan produksi. Kendala yang dihadapi oleh petani untuk menambah populasi tanamannya ialah bibit /tanaman muda yang mati akibat kemarau panjang.



Tabel  8.  Sentra Produksi Kelapa Menurut Kecamatan

Kecamatan
Luas areal (ha)
Total Produksi
                   

(ton)



Ngadiluwih
790,90
793,79
Grogol
716,95
657,80
Keras
614,90
609,59
Ngancar
373,01
577,24
Kandat
642,39
490,35
Wates
517,88
483,75
Ploso Klaten
456.92
424.85
Papar
437,43
396,14
Pagu
388,40
309,69
Tarokan
282,46
273,59
Gurah
391,20
254,55
Gampengrejo
290,78
249,11
Mojo
467,45
247,89
Semen
267,40
247,89
Pare
340,55
242,40
Kepung
286,80
207,42
Pelemahan
229,02
204,96
Purwoasri
181,59
131,90
Puncu
160,88
125,03
Kunjang
121,15
88,60
Kandangan
85,70
31,64
Sumber:  Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995


Tabel   9.  Potensi Produksi  Kopi Rakyat Menurut Kecamatan

Kecamatan
Luas areal (ha)
Total Produksi
                   

(ton)



Kepung
688,52
291,110
Kandangan
188,73
61,570
Ngancar
195,62
53,043
Puncu
143,43
50,119
Ploso Klaten
55,98
13,627
Mojo
21,29
5,616
Kandat
20,21
4,396
Wates
17,91
3,998
Semen
10,36
2,295
Pare
9,87
2,448
Sumber: Kabupaten Kediri dalam Angka, 1995


F. Tanaman Melinjo
Sentra produkci melinjo pada saat sekarang ialah Kecamatan Pare dan Puncu.  Budidaya tanaman ini telah dikenal dengan baik hampir oleh seluruh masyarakat, terutama petani lahan kering. Namun demikian masih tampak bahwa keragaman sistem produksinya masih sangat tinggi, dan produktivitasnya masih relatif rendah. Diperkirakan upaya intensifikasi masih mampu meningkatkan produksi. Kendala yang dihadapi oleh petani untuk menambah populasi tanamannya ialah bibit /tanaman muda yang mati akibat kemarau panjang.


Tabel   10.  Potensi Produksi Melinjo Menurut Kecamatan

Kecamatan
Luas areal (ha)
Total Produksi
                   

(kw)



Pare
8000
4800
Puncu
5838
3501
Ngadiluwih
3188
1912
Grogol
1010
606
Kunjang
676
405



Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1994


(2). Potensi Produksi Tanaman Pangan

A. Komoditas Padi
Tanaman padi sawah dan padi ladang (gogo) mempunyai prospek yang snagat baik untuk dikembangkan di beberapa wilayah kecamatan. Jenis-jenis tanaman padi ladang sesuai untuk diusahakan sebagai tanaman monokultur maupun sebagai tanaman sela dalam sistem tumpangsari . Potensi produksi dan luas panen disajikan dalam Tabel 11.

B. Komoditi Palawija
Tanaman pangan di lahan kering yang menonjol produksinya di wilayah ini ialah jagung, ubikayu, kacangtanah, kacang hijau dan kedelai.  Jenis-jenis tanaman palawija ini sangat sesuai untuk diusahakan sebagai tanaman monokultur maupun sebagai tanaman sela dalam sistem tumpangsari . Potensi produksi dan luas panen tanaman palawija ini disajikan dalam Tabel 12.

C. Hortikultura Sayuran
Tanaman hortikultura sayuran ini yang menonjol produksinya di wilayah ini meliputi sayuran dataran tinggi dan dataran rendah.  Jenis-jenis tanaman palawija ini sangat sesuai untuk diusahakan sebagai tanaman monokultur maupun sebagai tanaman sela dalam sistem tumpangsari . Potensi produksi dan luas panen tanaman ini disajikan dalam Tabel  13.





Tabel   11. Produksi Tanaman Padi sawah dan Padi Ladang

 Kecamatan                
Padi sawah
Padi ladang

Luas (ha)
Produksi (kwt)
Luas (ha)
Produksi (ton)





Mojo
2038
118068
1618
73693
Semen
1772
95796
118
4889
Ngadiluwih
621
36372


Keras
865
54638


Kandat
889
53442


Wates
3161
187550


Ngancar
1136
66526


Plosoklaten
3802
220712


Gurah
3398
218772


Puncu
683
38625


Kepoung
3794
207655


Kandangan
3021
193678


Pare
6813
447465


Kunjang
2442
142711


Palemahan
4747
290956


Purwoasri
2838
169269


Pagu
4155
260078


Gampngrejo
2177
125321


Grogol
3902
233263
72
3239
Tarokan
2118
133601
65
2932
Jumlah
56084
3402456
1873
84753
Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995

Tabel  12.  Total Produksi Tanaman Pangan Palawija

Kecamatan
Total Produksi (kwt)
                 
Jagung
Ubikayu
Kedelai
Kacang-tanah
Kacang-hijau






Mojo
46679
653576
620
1099
22
Semen
27450
402581
167
8725
497
Gurah
84404
20580

797

Puncu
195844
9965
672
2467
25
Kunjang
101669

10386
502
130
Palemahan
238108
42855
14607
1528
485
Purwoasri
73576

10437
1856
963
Papar
146591
9473
3009
542
927
Pagu
300879
14625
1795
6668

Gampengrejo
96621
7071
741
1187

Grogol
244259
762279
4438
8478

Tarokan
76210
525574
4237
1285
72
Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995
Tabel   13.  Total Produksi Tanaman Sayuran Menurut Kecamatan

Kecamatan
Total Produksi (kwt)
                 
Cabai
K.panjang
B.merah
Terong
Tomat
Mojo
71
247

100

Semen
769

2482


Wates
348
296

13
102
Plosoklaten
344
600

390
920
Gurah
6342
277

594
288
Puncu
1448

16442


Kandangan
365

1910


Pare
5956
148
79790
748
476
Kunjang
887

722


Palemahan
4080
511
54167
925
471
Pagu
10808
4593
18886
9792

Gampengrejo
288

202
13

Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995


D. Buah-buahan
Tanaman hortikultura buah-buahan ini yang menonjol produksinya di wilayah ini meliputi buah dataran tinggi dan buah dataran rendah.  Jenis-jenis tanaman ini sangat sesuai untuk diusahakan sebagai tanaman monokultur maupun sebagai tanaman sela dalam sistem tumpangsari . Potensi produksi dan luas panen tanaman ini disajikan dalam Tabel  14.


Tabel   14.  Total Produksi Tanaman Buah-buahan Menurut Kecamatan

Kecamatan
Total Produksi (kw)
                 
Mangga
Nanas
Pisang
Pepaya
Rambutan
Mojo
13640

1077
14682
315
Semen
145088

144
21
3
Ngadiluwih
6456

1592
2526
1449
Kandat
2653
45532
1691
17841
3776
Ngancar
269
411191
3640
4946
2573
Plosoklaten
655
6800
50000
212622
701
Gurah
2922
223
13552
4515
1503
Puncu
1710
1778
2255
8490
264
Kandangan
3000
62
3040
2400
9000
Pare

71
15401
2012
1920
Kunjang
1350

446
518
70
Purwoasri
908

743
114

Papar
5283
11
10888
115
77
Pagu
590

3083
5269
599
Grogol
101739

607
339

Tarokan
6860

1007
53

Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995
(3).  Potensi Produksi Peternakan

A. Ternak Besar


Tabel   15.  Populasi Ternak Ruminansia Menurut Kecamatan

Kecamatan
Total Populasi   (ekor):
                 
Sapi Potong
Sapi Perah
Kambing
Kerbau
Kelinci






Mojo
5330
6
4583
254
425
Semen
3995
10
6398
217
410
Ngadiluwih
6998
25
13883
243
225
Keras
5995
10
9035
249
95
Kandat
6145
54
8161
232
650
Wates
5185
559
7503
61
625
Ngancar
3095
592
4496
175
250
Plosoklaten
4725
410
7114
226
970
Gurah
6130
194
8209
325
1250
Puncu
3725
805
4455
329
790
Kepoung
4790
297
4391
569
425
Kandangan
2540
966
4263
295

Pare
4175
37
4626
709
180
Kunjang
5845

5045
594

Palemahan
3510

5386
222
615
Purwoasri
3995

3244
385
195
Papar
5696
509
6060
375
980
Pagu
6490
489
6771
292
950
Gampengrejo
2890
196
5985
425
245
Grogol
5735

5706
289
273
Tarokan
4875

7074
30
215
Jumlah
101863
5159
135391
6496
9740
Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995.




B.  Unggas

Penyebaran populasi unggas disajikan dalam Tabel 16 berikut. Konsentrasi populasi terdapat di wilayah Kecamatan Kandat, Ngadi-luwih, Keras, Puncu dan Kepung untuk ayam buras; sedangkan ayam ras terpusat di Kecamatan Keras, Wates, dan Pare.


Tabel   16.  Populasi Ternak Unggas menurut Kecamatan

Kecamatan
Total Populasi (ekor):
                 
Ayam Kampung
Ayam Ras
Itik




Mojo
49850
15500
7150
Semen
69500
22600
10850
Ngadiluwih
89328
48500
9725
Keras
89125
125750
7740
Kandat
112550
72500
11705
Wates
61295
131900
8160
Ngancar
51950
21750
8790
Plosoklaten
49800
51200
10420
Gurah
54525
50750
14800
Puncu
80625
64576
10370
Kepoung
84150
15730
7150
Kandangan
66750
22900
8449
Pare
59750
155500
5075
Kunjang
65789
26925
9375
Palemahan
77970
11750
12825
Purwoasri
71650
16500
7270
Papar
60700
19550
17545
Pagu
89950
40500
16350
Gampengrejo
70870
50960
8190
Grogol
85760
11750
10375
Tarokan
41750
7250
6405
Jumlah
1483637
984341
205719
Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995.



1.4. Pendapatan Wilayah

PDRB Kabupaten Kediri tahun 1995 sekitar Rp 996 079,84 juta; dua sektor yang dominan ialah Sektor Pertanian (43%) dan Sektor Perdagangan (26%)



Tabel 17. PDRB Kabupaten Kediri Tahun 1992 atas Dasar Harga  Konstan (Juta rupiah)

Lapangan Usaha
%
Rp



01. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN
54.19
202.220,66
     1.1. Tanaman Bahan Makanan


     1.2. Tanaman Perkebunan


     1.3. Peternakan dan hasilnya


     1.4. Kehutanan


     1.5. Perikanan


02. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
0.93
4.459,91
     2.1. Pertambangan tanpa Migas


     2.2. Penggalian


03. INDUSTRI
8.38
40.679,70
04. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH
0.27
1.445,55
     4.1. Listrik


     4.1. Air Bersih


05. BANGUNAN
1.07
5.340,06
06. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
15.13
71.025,67
     6.1. Perdagangan, Besar/Eceran


     6.2. Restoran


07. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
2.30
12.247,00
     7.1. PENGANGKUTAN


            7.1.1. Angkutan Rel


            7.1.2. Angkutan Jalan Raya


            7.1.3. Jasa Penunjang Angkutan


     7.2. Komunikasi


            7.2.1. Pos dan Telekomunikasi


            7.2.2. Jasa Penunjang Komunikasi


08. KEUANGAN PERSEWAAN DAN JASA PERU-
      SAHAAN
2.56
12.033,07
09. Sewa Bangunan
4.81
28.357,76
10. JASA-JASA
2.51
12.383,11
11. Adm. Pemerintahan & Pertahanan
7.85
40.630,57



PDRB
100.00
430.823,06



Sumber: Kabupaten Kediri dalam Angka, 1994/95.







2.     Analisis Kendala Pengem-bangan Pertanian Lahan kering

2.1. Sumberdaya Alam

2.1.1. Lahan dan Penggunaan Lahan
(1). Analisis Bentang Lahan
Tabel 18 berikut ini mengikh tisarkan kondisi bentang lahan secara garis besar di wilayah Kabupaten Kediri. Pengamatan lapangan dilaku kan di beberapa lokasi yang mewakili tipe bentuk lahan.



Tabel  18. Ikhtisar Kondisi Bentang Lahan di Wilayah Kediri

No.
 U r a i a n  
             Datar                 
1.
Slope%
5 - > 40 %             
2.
Teras         
Bangku dan  Gulud           
3.
Jenis Tanah   
Aluvial, Regosol , Mediteran
  
Solum      
Sebagian besar < 30 cm       
4.
Textur        
Lempung liat berdebu        
5.
Warna         
Coklat Kekuningan           
  
              
Merah Kekuningan           
6.
Erosi Aktual  
Berat                  



Sesuai dengan kemiringan lahan dan tebalnya solum tanah, sebagian besar lahan mempunyai masalah serius untuk budidaya tanaman pertani an secara intensif.  Kendala kimia yang dijumpai adalah rendahnya kandungan bahan organik tanah dan nitrogen, sehingga seringkali merupakan faktor penyebab rendahnya pro­duksi akibat tanaman kekurangan unsur.  Untuk mengatasi diperlukan tindakan pemu-pukan atau penambahan unsur organik.

(2). Pola Penggunaan Lahan
      Sekarang
Ikhtisar umum tentang pola penggunaan lahan sekarang di wilayah Kabupaten Kediri disajikan dalam Tabel 19.  Lahan kering merupakan tipe yang dominan, dan lahan ini dikelola sebagai tegalan, kebun campuran, dan pekarangan. Kecuali lahan kering terdapat pula sawah setengah teknis/sederhana dan sawah tadah hujan.
Pengelolaan lahan tegalan dengan pola tumpanggilir dan tumpangsari, secara keseluruhan produktivitas yang dihasilkan masih rendah, khususnya jagung hanya berkisar  10-15  Ku/Ha, dan ubikayu   5-10 ton/Ha.  Pada lahan kebun dan pekarangan dengan pola tanam campuran, secara umum intensitas perawa­tannya masih rendah, sehingga produktivitasnya juga rendah. Produktivitas pada sawah juga masih rendah khususnya akibat dosis pemupukan yang masih di bawah anjuran dan terjadinya stress air.




Tabel  19. Ikhtisar Pola Penggunaan Lahan di Wilayah Kabupaten Kediri

Land
 POLA 
JENIS
PENGOLAHAN
HAMA
KETER-
HASIL 
Use
TANAM 
TANAMAN          
       
       
Penya
sediaan

          
      
SEMUSIM 
Tahunan 
Gulud 
 TERAS 
kit    
air
      
Tegal-    
Tmpang
Ubi kayu 
   -     
 Gulud 
  -    
  -    
Cukup  
Uk=124 
an        
Gilir  
Jagung   
         
       
       
Tikus  
Cukup  
J =22  
          
      
Padi Gogo
         
       
       
Tikus  
Sedang 
Pg=38.5
          
      
Kactanah 
         
       
       
       
Cukup  
Kc= 9.5
          
Tmpang
Jagung   
   -     
 Gulud 
  -    
Tikus  
I.Cukup
J =23.5
          
sari   
Kac.tanah
         
       
       
       
II.Krang
Kd=10
Kebun     
Campur
Ubi kayu 
Cengkeh  
 Gulud 
Teras  
  -    
Cukup  
Ck= 0.45
campur  
an    
         
Kopi     
       
Seder-
       
Cukup  
Kp= 6.80
an        
      
         
Kelapa
       
hana   
       
Cukup  
K = 9.90
  
          
      
Hibrida  

       
       
Cukup  
Kh=12  
          
      
         
Mlinjo    
       
       
       
Cukup  
Mlj:   
Pekara
Campur
Ubi kayu 
Cengkeh  
 Gulud 
       
  -    
Cukup  
Ck= 0.45
ngan      
an    
Lengkuas 
Kopi     
       
       
       
Cukup  
Kp= 6.8
          
      
Jahe     
Mlinjo   
       
       
       
Cukup  
Mlj:   
          
      
Kunyit   
Kp randu
       
       
       
Cukup  
Kpr:   
          
      
Temu
Kelapa
       
       
       
Cukup  
K = 9.9
          
      
lawak    
Pisang    
       
       
       
Cukup  
Ps=    
          
      
         
Jati      
       
       
       
Cukup  
Lg=37.4
          
      
         
Sengon    
       
       
       
Cukup  
Jh=50
          
      
         
Mangga    
       
       
       
Cukup  
Mg=    
Sawah     
Padi-Pa
Padi     
   -     
 Gulud 
  -    
Tikus  
Cukup  
P =43.6
          
di-Pala
Jagung   
         
       
       
Tikus  
Cukup  
J =23.9
          
wija   
Kac.tanah
         
       
       
       
Cukup  
Kc=    
          
      
Kacang hi-
         
       
       
       
Cukup  
Kj= 7.3
          
      
jau      
         
       
       
       
      
      
 Keterangan: P  = Padi      Uk = Ubi kayu  Kc = Kac.tanah     Ck = Cengkeh  Mlj= Mlinjo     K = Kelapa Dalam; Pg = Padi Gogo  J = Jagung    Kj = Kacang hijau  Kp = Kopi     Ps = Pisang       Kh = Kelapa Hibrida; Lg = Lengkuas  Jh = Jahe      Ky = Kunyit        Tl = Temu lawak



Intensitas polatanam tumpangsari di lahan tegalan yang hanya dua kali/tahun, masih dapat ditingkatkan menjadi tiga kali/tahun dengan penga turan pola tanam secara tumpanggilir dan varietas genjah.  Dengan cara tumpanggilir dengan ubikayu, maka luas tanaman ubikayu dapat bertam­bah dan produksi totalnya juga bertambah.
Produktivitas pada lahan kering maupun sawah masih dapat ditingkat­kan dengan peningkatan jumlah pemupukan sampai seperti anjuran, serta peningkatan pemanfaatan air sungai dan air hujan melalui pembuatan chek- dam dengan saluran irigasi atau bak penampung air hujan untuk mengisi kekurangan pada waktu terjadi defisit, khususnya sekitar bulan Mei- Juli.

(3). Neraca lengas lahan dan kalender pertanaman
Gambaran umum tentang kondisi lengas lahan dan pola tanam dominan tampak bahwa defisit air terjadi selama empat-lima bulan dalam musim pertumbuhan tanaman yang berlang sung  selama 12 bulan, yaitu dari bulan Januari hingga bulan Desember.
Adanya defisit lengas tanah selama lima bulan (Juni - Oktober) di musim kemarau, untuk lahan kering nampaknya sudah diantisipasi oleh petani dengan pola tanam khusus,  yaitu pada bulan Oktober secara tumpang sari Jagung+ Ubi kayu, dan pertengahan Februari panen jagung, kemudian awal Mei tanam lagi kacangtanah dan pertengahan Juni dipanen.  Selanjut­nya di lapangan tinggal ada ubikayu  yang dipanen pada akhir september atau awal Oktober.  Kendala yang dihadapi adalah pada waktu tanaman baru berumur satu-dua bulan ternyata mengalami defisit air, sehingga produkti­vitas pada musim tanam ke dua umumnya lebih rendah dibandingkan pada musim tanam I.  Sedangkan untuk padi gogo (MT I) pada waktu tanaman menginjak umur tiga bulan ternyata mengalami defisit air sehinnga meng­ganggu pertumbuh an dan produksi. 

2.1.2. Sumberdaya Air dan Ekosistem Perairan
Pengadaan air bersih bagi kepentingan penduduk sehari-hari dilaku­kan melalui sumur galian, pompa air dalam maupun yang dangkal, selama ini belum merupakan kendala penting di wilayah kecamatan ini. Sumur-sumur galian penduduk umumnya kekurangan air di musim kemarau, debitnya mengal­ami penurunan yang tajam. Walaupun demikian keberadaan sumur dalam maupun dangkal ini sangat diperlukan, khususnya untuk menanggulangi kemungkinan penurunan yang tajam di musim kemarau serta mengantisipasi meningkatnya kebutuhan air rumah tangga. Kebutuhan air untuk keperluan pertanian, peternakan dan lainnya mengandalkan air hujan. Air sungai yang karena letaknya cukup curam sehingga belum dapat dimanfaatkan secara optimal.  Dari gambaran neraca lengas lahan diketahui bahwa di Kabupaten Kediri terjadi surplus air hujan pada bulan-bulan Januari, Februari, Maret, April, Nopember dan Desember, dan defisit air hanya terjadi pada bulan Mei dan Juli.  Perkiraan surplus air hujan sepanjang tahun disajikan dalam Tabel 20. Kondisi yang ada sekarang ialah bahwa seba gian surplus air hujan tersebut mengalir di permukaan tanah menuju ke sungai-sungai dan hanya sebagian dapat dimanfaatkan oleh penduduk setempat. Oleh sebab itu jika pembuatan chek-dam dapat terlaksana, dan air sungai yang ada dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin melalui pembuatan jaringan irigasi sederhana karena memang debit sungai juga tidak besar, maka defisit air akan dapat teratasi.




Tabel.20. Hasil Perkiraan Neraca Lengas Lahan

 No. Bulan   
  Curah hujan  
  Surplus    
   Defisit
             
 ...............
... mm ........
............             
 1. Januari  
336               
     +       
          
 2. Februari 
   574            
     +       
          
 3. Maret    
    316           
     +       
          
 4. April    
     250          
     +       
          
 5. M e i    
     87          
     0       
          
 6. J u n i  
       18      
             
     -    
 7. J u l i  
       21      
             
     -    
 8. Agustus  
       54      
             
     -    
 9. September
       52      
             
     -    
10.Oktober   
       53      

  -
11.Nopember  
    199        
     0       
          
12.Desember  
     292       
     +       
          
  Total      
     2252      
             
          
 Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1997.


2.2.  Komoditas Unggulan Wilayah

(1). Komoditas Unggulan Wilayah kecamatan adalah sbb:

No
Kecamatan
Komoditas Andalan
Komoditas Unggulan




1
Gampengrejo
Padi, Jagung, Melinjo, Sapi perah

2
Grogol
Padi,Gogo, Jagung, Kc.tanah, kedelai, Mangga, kelapa, Sapi potong, Kambing/ domba, Ayam buras
Ubikayu
3
Gurah
Padi, Jagung, Kc.tanah, Cabai, Melinjo Rambutan, Jambu air, Pisang, Salak, Kelapa, Sukun, Nangka, Tebu, Sapi potong, Kambing
Itik
4
Kandangan
Padi, Rambutan, Durian, Kopi, ayam, buras
Sapi perah
5
Kandat
Ubikayu, Ubijalar, Cabai, Mangga, Pepaya, Pisang, Melinjo, Kelapa , Sukun, Nangka, Tebu, Sapi potong
Rambutan
Durian, Salak
Kambing
6
Kepung
Padi, Bw.merah, Durian, melinjo, Sukun, Ayam buras
Kopi
7
Keras
kc.tanah, Kelapa, Tebu, Sapi potong, Ayam buras
Ketimun
Pisang
8
Kunjang
Padi, Jagung, kedelai. kc.hijau, Cabai, Melinjo, Nangka

9
Mojo
Padi, Ubikayu, Kc.tanah, Kedelai, Mangga, Pepaya, Kelapa, Kambing, Ayam buras
Gogo
10
Ngadiluwih
Ubijalar, Mangga, Rambutan, Durian, Melinjo, Tebu, Sapi potong, Kambing /domba, Ayam buras
Sukun
Nangka
Kelapa
11
Ngancar
Cabai, Pepaya, Pisang, Salak, melinjo, Kopi, Sukun, Nanas, Sapi perah

12
Pagu
Padi, Gogo, Bw.merah, Rambutan, pepaya, Kac.panjang, Pepaya, Kelapa, Nangka, Tebu, Sapi perah, Kambing /domba, ayam buras
Kc.tanah
Cabai
Sapi potong
13
Papar
Padi, Jagung, Kedelai,Kc.hijau, Salak, kelapa
Ubijalar
14
Pare
Jagung, Kc.hijau, Cabai, Jambu air, Pisang, Melinjo, kelapa, ayam buras
Padi, ayam ras
Bw.merah
15
Pelemahan
Padi, Jagung, Kc.tanah, Kedelai,B.merah, Cabai, Melinjo, Sapi potong, Ayam buras

16
Plosoklaten
Padi, Jagung, Ubijalar, Cabai, Pepaya, Pisang, Kopi, Kelapa, Nanas, Tebu, Sapi potong, Kambing/domba
Melinjo
Jamb. mete
17
Puncu
Jagung,Kc.tanah, Bw.merah, Cabai, Durian, Melinjo, Kopi, Nanas, Nangka, Sapi perah, Ayam buras
Pepaya
18
Purwoasri
Padi, Kc.tanah, Jambu air, Tebu, Sapi potong

Kedelai
Kc.hijau
19
Semen
Padi, Ubikayu, Kc.tanah, Bw.merah
Mangga
20
Tarokan
Gogo, Ubikayu, Kc.tanah, kedelai, mangga, Jambu air, Kelapa, Nangka

21
Wates
Padi, Cabai, Wates, Pisang, Durian, Salak, Kelapa, nanas, Sapi perah
Tebu



(2). Lokasi SPAKU Komoditas Unggulan

No.
Komoditas Unggulan
Lokasi SPAKU
Daerah Pengembangan




1.
Padi sawah
Pare
Plemahan, Plosoklaten, Gurah, Mojo, Semen, Wates, Kepung, Kandangan, Kunjang, Purwoasri, Papar, Pagu, grogol, Gampengrejo
2.
Padi Gogo
Mojo
Pagu, Tarokan, Grogol
3.
Jagung
Pagu
Parem Pelemahan, Plosoklaten, grogol, papar, Puncu, Gampengrejo, Kunjang, Gurah
4.
Kedelai
Purwoasri
Tarokan, Grogol, kunjang, Pelemahan, Papar, Mojo
5.
Kacang Tanah
Pagu
Grogol, Semen, pelemahan, Purwoasri, Tarokan, Gurah, Mojo, Keras, Puncu
6.
Kacang Hijau
Purwoasri
Pelemahan, Papar, Pare, Kunjang
7.
Ubikayu
Grogol
Mojo, Semen, Tarokan, kandat
8.
Kelapa
Ngadiluwih
grogol, Kandat, keras, Mojo, Wates, Plosoklaten, Papar, Tarokan, Pagu, pare, Gurah
10.
Kopi
Kepung
Kandangan, Ngancar, Puncu, Plosoklaten
11.
Kapok Randu
Kandangan
Pare, Tarokan, Semen, Plemahan, Keras, Plosoklaten, Puncu
12.
Jambu mete
Plosoklaten
Tarokan, Pare, Kepung
13.
Tebu
Wates
Pagu, Gurah, Kandat, Plosoklaten, Purwoasri, keras, Ngadiluwih

Rosella
Pare
Kandangan, Kunjang, Papar

Sapi perah
Kandangan
Puncu, Ngancar,  Gpengrejo, Wates
14
Sapi Potong
Pagu
Keras, Kandat, Wates, Gurah, Grogol, Purwoasri, Plemahan, Plosoklaten

Kerbau
Pare
Kandangan, kunjang, Gurah, Gampengrejo, Plosoklaten
15.
Kambing/ Domba
Kandat
Mojo, Ngadiluwih, Grogol, Plosoklaten, Keras, Gurah, Pagu
16.
Ayam Buras
Kandat
Ngadiluwih, Puncu, Pare, Pagu, grogol, Plemahan,  Kandangan, Mojo

Ayam ras
Pare
puncu, Gurah, Wates, kandat, Keras

Itik
Gurah
Plosoklaten, Kandangna, Pare, Pagu

Kelinci
Pagu
Gurah, Plosoklaten, grogol, Kandat
17.
Ikan Kolam Darat
Pare
Purwoasri, Plosoklaten, Ngadiluwih, Mojo, Pagu, Grogol, Gampengrejo





(3). Komoditas Buah-buahan

Buah-buahan
Lokasi SPAKU
Daerah Pengembangan



Pisang
Keras
Pare, Kandat, Plosoklaten, Ngancar, Wates, Gurah, Pagu
Mangga
Semen
Tarokan, Grogol, Mojo, Ngadiluwih, Kandat
Rambutan
Kandat
Ngadiluwih, Wates, Gurah, Pagu, Kandangan
Jambu: air
Pagu
Purwoasri, Pare, Tarokan, Gurah
Salak
Kandat
Wates, Gurah, Ngancar, Papar
Semangka/
Melon/Ketimun
Keras
Plosoklaten, Kandat, Gurah
Melinjo
Plosoklaten
Kandat, Gurah, Ngadiluwih, kunjang, Pare, Puncu, Gampengrejo, Kepung, Ngancar, Plemahan
Pepaya
Puncu
Ngancar, Plosoklaten, Kandat, Mojo, Pagu
Durian
Kandat
Kandangan, Kepung, Ngadiluwih, puncu, Wates
Nangka
Ngadiluwih
Kandat, Gurah, Puncu, Pagu, Tarokan, Kunjang
Cabe
Pagu
Puncu, Ngancar, Kunjang, Gurah, Kandat, Wates, Plosoklaten, Pare, Pelemahan
Sukun
Ngadiluwih
Kandat, Ngancar, Kepung, Gurah



KESIMPULAN DAN SARAN

1.  Produk Unggulan Wilayah Kecamatan
Produk unggulan wilayah merupa kan produk hasil usaha masyarakat desa yang memiliki peluang pemasaran yang tinggi dan menguntungkan bagi masyarakat desa. Berdasarkan pada kriteria ini, beberapa produk unggulan pertanian adalah: Padi sawah; Padi Gogo; Jagung; Kedelai; Kacang Tanah; Kelapa; Kopi; Tebu; Sapi perah; Sapi Potong; Kambing/ Domba; Ayam Buras; Ayam ras; Pisang; Mangga; Rambutan; Jambu air; Semangka/Melon/Ketimun; Melinjo; Pepaya; Durian; Nangka; Cabe; dan Sukun.

2.  Koperasi Pengelola Produk Unggulan
Pengembangan produk-produk unggulan wilayah dalam rangka untuk memberdayakan ekonomi rakyat setempat dapat dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan Koperasi Pengelola Produk Unggulan sebagai “LEMBAGA EKONOMI RAKYAT YANG MENGAKAR & MANDIRI”. Koperasi seperti ini dapat dikembangkan dari lembaga-lembaga ekonomi tradisional yang telah ada, atau melalui rekayasa sosial yang sesuai.

3.     Strategi Pengembangan Sentra Produk Unggulan
Beberapa macam kendala dalam pemberdayaan ekonomi rakyat di wilayah pedesaan ialah (1) keterba tasan kapabilitas sumberdaya alam, (2) masih adanya lokasi yang terisolir dan  terbatasnya sarana dan prasarana fisik, (3) keterbatasan penguasaan modal dan teknologi, (4) lemahnya kemam puan kelembagaan penunjang pemba ngunan di tingkat perdesaan, dan (5) masih rendahnya akses masya­rakat terhadap peluang-peluang bisnis yang ada. Berdasarkan faktor pembatas dan kendala yang ditemukan disu­sunlah konsep strategi pemberdayaan eko nomi masyarakat melalui pengem bangan usaha produk unggulan wilayah.

4. Kelompok sasaran dan Lingkup Kegiatan

Kelompok sasaran strategis dalam pengembangan produk unggulan wilayah adalah :
a.    Kelembagaan sosial -tradisional yang ada di masyarakat, seperti koperasi, kelompok tani, kelompok peternak, Paguyuban dan lainnya
b.    Lembaga Kelompok tani komo ditas yang telah ada.
c.    Warung pengecer bahan pokok, baik milik perorangan, kelompok (pra koperasi), maupun waserda milik koperasi untuk diberdayakan / dikembangkan usahanya.
d.    Pengusaha dan Pengusaha Kecil, baik perorangan maupun kelom pok, terutama jama'ah masjid / Kopontren yang bersangkutan yang bergerak di bidang produksi agribisnis/agroindustri dan sektor lainnya untuk diberdayakan / dikembangkan, sehingga pada gilirannya dapat memperluas  kesempatan kerja (menyerap tenaga kerja).
e.    Tenaga Kerja Terampil untuk dilatih dan ditempatkan sebagai pendamping dan atau tenaga profesional / pengelola unit-unit usaha.

5.  RANCANGAN KEBUN TEKNO LOGI: PUSAT INFORMASI DAN PELAYANAN TEKNOLO GI DESA (POSYANTEKDES)

Penerapan teknologi tepat guna diharapkan dapat membantu pengem bangan usaha produksi produk unggul an di wilayah pedesaan dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyara kat desa. Proses alih teknologi yang efektif mensyaratkan beberapa hal penting, a.l.:
1.  Peran-serta secara aktif semua instansi terkait dan masyarakat penerima/pengguna untuk mengha-dapi dan mengatasi kendala yang ada
2. Kerjasama dan komunikasi yang terprogram dalam suatu forum dialogis yang melibatkan semua komponen yang terkait
3.  Tersedianya wadah bagi forum dialogis antara masyarakat, pemba-wa, dan sumber teknologi yang berada dekat dengan masyarakat dan mudah diakses oleh segenap masyarakat (POSYANTEKDES).
4.  Adanya kelembagaan yang akomo datif dan partisipatif, didukung oleh adanya iklim inovatif dan tenaga yang terlatih, serta dilengkapi dengan fasilitas penunjang dan sistem informasi yang memadai.
5.  Adanya tokoh panutan masyarakat yang mampu menggalang segenap potensi masyarakat untuk diarahkan dan disiapkan untuk mengadopsi teknologi.
Keberadaan “POSYANTEKDES” di bawah kendali Koperasi Produk Unggul an dan bermitra dengan Perguruan Tinggi mampu menjadi wahana yang efektif dalam proses alih teknologi tepat guna di wilayah pedesaan. Kebun Teknologi ini dapat  berfungsi ganda sebagai:
(1). Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknologi Tepat-guna, yang dapat diakses oleh para santri  dan oleh masyarakat sekitar PONPES
(2).  Pusat Penyuluhan, DEMOPLOT Ujicoba Penerapan Teknologi, dan Kaji Tindak 
(3). Pusat Pelayanan dan Informasi IPTEK yang mampu menjalin hubungan dengan jaringan informasi IPTEk yang lebih luas..


DAFTAR PUSTAKA


BPS 1995. Kabupaten Kediri Dalam Angka 1995. Kantor Statistik Kabupaten Dati II Kediri.

BPS 1996. Kabupaten Kediri Dalam Angka 1996. Kantor Statistik Kabupaten Dati II Kediri.

BPS 1997. Kabupaten Kediri Dalam Angka 1997. Kantor Statistik Kabupaten Dati II Kediri.

BPS. 1998. Potensi Desa Kabupaten Kediri Tahun 1996. Kantor Statistik Kabupaten Dati II Kediri.

DIPERTA 1995. Laporan Tahunan 1995. Cabang Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Dati II Kediri

DIPERTA 1996. Laporan Tahunan 1996. Cabang Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Dati II Kediri

DIPERTA 1997. Laporan Tahunan 1997. Cabang Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Dati II Kediri

DISBUN 1996. Laporan Tahunan 1996. Cabang Dinas Perkebunan Daerah Kabupaten Dati II Kediri

DISBUN 1997. Laporan Tahunan 1997. Cabang Dinas Perkebunan Daerah Kabupaten Dati II Kediri

DISNAK 1996. Laporan Tahunan 1996. Cabang Dinas Peternakan Daerah Kabupaten Dati II Kediri