ANALISIS
POTENSI PRODUK UNGGULAN BIDANG AGROKOMPLEKS DI WILAYAH KABUPATEN KEDIRI
Oleh:
Sri
Sulastri1, Hasyim1, Sofwani1, dan Soemarno2
1) Fakultas Pertanian, IPM, Malang
2) Fakultas Pertanian UNiversitas
Brawijaya
ABSTRAK
Kajian
potensi ekonomi Produk Unggulan di wilayah Dati II Kabupaten Kediri ini
dimaksudkan untuk memberikan arah, pedoman, dan landasan dalam rangka
pembangunan ekonomi rakyat yang maju, efisien dan tangguh, dengan membentuk
sentra-sentra produk unggulan di masing-masing wilayah pada Dati I Kabupaten
Kediri. Tujuan kegiatan ini adalah: (1).
Identifikasinya potensi, kondisi dan permasalahan produk/ komoditas unggulan
yang sudah berkembang, sedang berkembang dan akan dikembangkan pada suatu
wilayah; (2). Peningkatkan kualitas dan kuantitas produk unggulan pada sentra
produksi daerah setempat, melalui upaya-upaya peningkatkan budidaya /teknologi
produksi komoditas unggulan pada masing-masing wilayah; dan (3). Inventarisasi
teknologi Produksi / budidaya maupun teknologi produksi komoditas unggulan,
serta peningkatkan pengembangan sistem informasi bisnis dan informasi pasar
komoditas unggulan.
Beberapa
hasil kajian diabstraksikan sbb:
Produk
unggulan wilayah merupakan produk hasil usaha masyarakat desa yang memiliki
peluang pemasaran yang tinggi dan menguntungkan bagi masyarakat desa.
Berdasarkan pada kriteria ini, beberapa produk unggulan pertanian adalah: Padi
sawah; Padi Gogo; Jagung; Kedelai; Kacang Tanah; Kelapa; Kopi; Tebu; Sapi
perah; Sapi Potong; Kambing/ Domba; Ayam Buras; Ayam ras; Pisang; Mangga;
Rambutan; Jambu air; Semangka/Melon/Ketimun; Melinjo; Pepaya; Durian; Nangka;
Cabe; dan Sukun.
Pengembangan
produk-produk unggulan wilayah dalam rangka untuk memberdayakan ekonomi rakyat
setempat dapat dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan Koperasi Pengelola
Produk Unggulan sebagai “LEMBAGA EKONOMI
RAKYAT YANG MENGAKAR & MANDIRI”. Koperasi seperti ini dapat
dikembangkan dari lembaga-lembaga ekonomi tradisional yang telah ada, atau
melalui rekayasa sosial yang sesuai.
Beberapa
macam kendala dalam pemberdayaan ekonomi rakyat di wilayah pedesaan ialah (1)
keterbatasan kapabilitas sumberdaya alam, (2) masih adanya lokasi yang
terisolir dan terbatasnya sarana dan
prasarana fisik, (3) keterbatasan penguasaan modal dan teknologi, (4) lemahnya
kemampuan kelembagaan penunjang pembangunan di tingkat perdesaan, dan (5) masih
rendahnya akses masyarakat terhadap peluang-peluang bisnis yang ada.
Berdasarkan faktor pembatas dan kendala yang ditemukan disusunlah konsep
strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pengembangah usaha produk
unggulan wilayah.
Kelompok sasaran strategis dalam
pengembangan produk unggulan wilayah adalah : (a) Kelembagaan sosial -tradisional yang
ada di masyarakat, seperti koperasi, kelompok tani, kelompok peternak, Paguyuban
dan lainnya; (b) Lembaga Kelompok tani komoditas yang telah ada; (c). Warung pengecer bahan pokok, baik milik
perorangan, kelompok (pra koperasi), maupun waserda milik koperasi untuk
diberdayakan / dikembangkan usahanya; (d). Pengusaha dan Pengusaha Kecil, baik
perorangan maupun kelompok, terutama jama'ah masjid/Kopontren yang bersangkutan
yang bergerak di bidang produksi agribisnis/agroindustri dan sektor lainnya
untuk diberdayakan/dikembangkan, sehingga pada gilirannya dapat memperluas kesempatan kerja (menyerap tenaga kerja); dan
(e) Tenaga Kerja Terampil untuk dilatih dan ditempatkan sebagai pendamping dan
atau tenaga profesional / pengelola unit-unit usaha.
Penerapan
teknologi tepat guna diharapkan dapat membantu pengembangan usaha produksi produk
unggulan di wilayah pedesaan dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa. Keberadaan
“POSYANTEKDES” (PUSAT PELAYANAN TEKNOLOGI PEDESAAN) di bawah kendali Koperasi Produk Unggulan dan
bermitra dengan Perguruan Tinggi mampu menjadi wahana yang efektif dalam proses
alih teknologi tepat guna di wilayah pedesaan. Kebun Teknologi ini dapat berfungsi ganda sebagai: (1). Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Teknologi Tepat-guna, yang dapat diakses oleh para
santri dan oleh masyarakat; (2) Pusat Penyuluhan, DEMOPLOT Ujicoba
Penerapan Teknologi, dan Kaji Tindak ; (3). Pusat Pelayanan dan Informasi IPTEK
yang mampu menjalin hubungan dengan jaringan informasi IPTEk yang lebih luas..
---------------
Kata
kunci: Produk Unggulan Wilayah
PENDAHULUAN
Pembangunan
daerah hingga Pelita VI saat ini telah membuktikan bahwa kebutuhan sumberdaya
alam semakin banyak dan senantiasa menghadapi berbagai kendala yang semakin
serius, terutama di wilayah perdesaan.
Dalam kondisi seperti ini sangat diperlukan penajaman prioritas
pemanfaatan sumberdaya alam dan pembinaan sumberdaya wilayah lain-nya dengan
melibatkan secara penuh segenap warga setempat, terutama di daerah-daerah yang
potensi sumber daya alamnya sangat terbatas dan kondisi pembangunan wilayahnya
masih tertinggal dibandingkan dengan daerah lainnya. Dalam kondisi seperti ini
diperlukan mekanisme perenca-naan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
proyek-proyek pembangunan ekonomi secara cepat, tepat dan akurat.
Wilayah
Kabupaten Kediri terbagi menjadi beberapa wilayah kecamatan yang masing-masing
mempunyai karakteristik dan potensi wilayah yang berbeda-beda, baik potensi
sumber daya manusia, sumberdaya alam, serta infrastruktur penunjang
pembangunan. Hal ini mengisyaratkan adanya berbagai produk unggulan wilayah
yang secara potensial dapat dikembankan. Potensi sumberdaya ini tampaknya masih
belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal, terutama
karena terbatasnya modal dan teknologi. Beberapa kendala yang dihadapi antara
lain karena masih terbatasnnya informasi teknologi dan informasi pasar yang
diperlukan untuk mengembang kan wilayah tersebut, serta lemahnya akses
masyarakat terhadap peluang-peluang bisnis yang ada.
Suatu
bentuk kelembagaan dengan ikatan-ikatan dan hubungan sosial-ekonomi berdasarkan
kebutuhan masyarakat diperlukan dalam memba ngun Sentra Pengembangan Komo ditas
Unggulan (SPAKU), sehingga memberikan manfaat dan memung kinkan keterlibatan
penuh anggota-anggotanya. Langkah awal dalam upaya rekayasa dan peningkatan
fungsi kelembagaan tersebut adalah mene mukan lembaga-lembaga tradisional yang
tumbuh dalam komunitas perde saan khususnya dalam pengusahaan komoditas
andalan, sejak penanaman, pertanahan,
pengerahan tenaga kerja, perkreditan, panen dan pengolahan serta
pemasaran hasil. Selanjutnya,
keberhasilan sistem produksi menuntut adanya bentuk-bentuk kelembagaan yang
lebih besar dan berorientasi ekonomis sehingga mampu mengelola sistem
pertanian secara lebih efektif dan mampu meningkatkan kesejateran masyarakat.
Dalam rangka pengem bangan komoditas unggulan yang berwawasan agroekosistem,
dan mendukung upaya-upaya pemberda yaan ekonomi masyarakat, maka dipandang
perlu untuk dilakukan identifikasi potensi komoditas UNGGUL AN wilayah serta
strategi pengem bangannya.
Salah
satu upaya di wilayah Jawa Timur untuk mengentas kemiskinan masyarakat desa
dan mencegah terjadinya kesenjangan antara desa-kota yang semakin melebar,
ialah Gerakan Kembali ke Desa (GKD).
Dengan GKD ini diharapkan pembangunan wilayah perdesaan dapat
diselaraskan dengan wilayah lainnya yang lebih maju. Hal seperti ini dapat dicapai kalau
pertumbuhan desa dapat dipacu sedemikian rupa sehinggga lebih cepat. GKD pada
hakekatnya merupakan upaya teren-cana yang melibatkan kerjasama pemerintah ,
suasta dan segenap masyarakat untuk memberdayakan ekonomi masyarkat di wilayah
perde-saan. Tujuan GKD secara lebih rinci adalah: (1). meningkatkan kesejah
teraan masyarakat, pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja di
perdesaan, (2) menciptakan pemerataan, mempersempit kesen-jangan, dan
memperbaiki hubungan desa-kota, (3) meng gali potensi unggulan ekonomi lokal
dan merang sang tumbuhnya peluang kerja dan kesempatan kerja dan berusaha, (4)
mengeliminasi urbanisasi desa ke kota, (5) mendorong hubungan kerja yang
harmonis antara pemerintah, suasta dan masya rakat, (6) menumbuhkan suasana
kondusif bagi segenar masya rakat desa.
Salah
satu upaya di Jawa Timur untuk mengentas kemiskinan masyarakat desa dan
mencegah terjadinya kesenjangan antara desa-kota yang semakin melebar, ialah
Gerakan Kembali ke Desa (GKD). Dengan
GKD ini diharapkan pembangunan wilayah perdesaan dapat diselaraskan dengan
wilayah lainnya yang lebih maju. Hal
seperti ini dapat dicapai kalau pertumbuhan desa dapat dipacu sedemikian rupa
sehinggga lebih cepat. GKD pada hakekatnya meru pakan upaya terencana yang meli
batkan kerjasama pemerintah , suasta dan segenap masyarakat untuk memba ngun
wilayah perdesaan. Tujuan GKD secara lebih rinci adalah: (1). meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja di perdesaan, (2)
menciptakan pemerataan, memper sempit kesenjangan, dan memperbaiki hubungan
desa-kota, (3) menggali potensi unggulan
ekonomi lokal dan merangsang tumbuhnya peluang kerja dan kesempatan kerja dan
berusaha, (4) mengeliminasi urbanisasi desa ke kota, (5)
mendorong hubungan kerja yang harmonis antara pemerintah, suasta dan
masyarakat, (6) menum buhkan suasana
kondusif bagi segenar masyarakat desa.
Beberapa
program prioritas yang harus dikembangkan dalam GKD ialah:
(1). Satu
wilayah perdesaan
satu produk unggulan
Produk
unggulan merupakan produk hasil usaha masyarakat desa yang memiliki peluang
pemasaran yang tinggi dan menguntungkan bagi masyarakat desa. Beberapa kriteria
dari produk unggulan adalah (a) mempunyai daya saing yang tinggi di pasaran
(keunikan /ciri spesifik, kuali tas bagus, harga murah); (b) memanfaatkan
potensi sumberdaya lokal yang potensial dapat dikembangkan; (c) mempunyai
nilai tambah tinggi bagi masyarakat perdesaan; (d) secara eko nomi
menguntungkan dan bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan dan kemampuan
sumberdaya manusia; (e) secara administrasi layak didukung oleh modal bantuan
atau kredit.
(2). Teknologi
Masuk Desa
Teknologi
masuk desa meliputi upaya pengenalan, proses transformasi dan pelatihan
masyarakat desa dengan tujuan meningkatkan ketrampilan dan nilai produk
masyarakat desa. Beberapa kriteria teknologi ini ialah: (a) mendu kung upaya
peningkatan nilai tambah produk lokal; (b) mampu meningkatkan jumlah produksi
dan efisiensi; (c) tidak merugikan eksistensi tenagakerja lokal; (d) murah;
mudah dipelajari; mudah perawatannya dan menjanjikan keuntungan; (e) dapat
berupa teknologi material ataupun teknologi sosial.
(3). Pengusaha
masuk desa
Beberapa
hal yang harus diperhatikan adalah (a) menjalin hubungan kemitraan yang saling
menguntungkan dan adil; (b) pembatasan pengaruh negatif penetrasi modal dari
luar; (c) produsen lokal harus didukung fasilitas kredit murah dan
berkelanjutan; (d) diciptakan iklim kondusif bagi tumbuh-kembangnya pengusaha
lokal yang mandiri (individu atau kelompok); (e) mengoptimalkan peranserta
lembaga-lembaga yang ada.
(4). Pasar
Desa
Pasar
desa yang dimaksud ialah kegiatan untuk mendorong tumbuhnya media yang
mendukung kelancaran proses pemasaran produk dan transaksi usaha di antara
masyarakat desa itu sendiri atau dengan pihak luar desa.
Beberapa
macam kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan wilayah perdesaan di Jawa
Timur ialah (1) keterbatasan kapabilitas sumber daya alam, (2) masih adanya
lokasi yang terisolir dan terbatasnya
sarana dan prasarana fisik, (3) keterbatasan penguasaan modal dan teknologi,
(4) lemahnya kemampuan kelembagaan (formal dan non-formal) penunjang
pembangunan di tingkat perdesaan, dan (5) masih rendahnya akses masyarakat
terhadap peluang-peluang bisnis yang ada.
Tujuan
kegiatan Kajian potensi ekonomi Produk Unggulan wilayah ini adalah
identifikasinya potensi, kondisi dan permasalahan produk/ komoditas unggulan
yang sudah berkembang, sedang berkembang dan akan dikembangkan pada suatu
wilayah.
METODE PENELITIAN
1. Ruang Lingkup
Ruang
lingkup pekerjaan identifilkasi/ Pewilayahan komoditas /produk unggulan pada
DATI I Kabupaten Kediri adalah sbb:
1. Pengumpulan
data sekunder dan primer atas sektor-sektor ekonomi
2. Identifikasi
potensi dan kondisi sumberdaya (alam dan manusia), agroekosistem, agroklimat,
agro-sosio-teknologi, sosial ekonomi dan budaya masing-masing DATI II pada DATI
II Kediri, pada subsektor industri, pertanian tanaman pangan, kehutanan dan
perkebunan, perikanan dan peternakan.
3. Analisis
/observasi Lapangan seperlunya
4. Analisis
data sekunder dan primer
5. Penyusunan
peta pewilayahan komoditas /produk unggulan subsektor pertanian mencakup
lokasi, komoditas dan kegiatan
6. Penyusunan
kesesuaian lokasi epengembangan sentra komoditas /produk unggulan
7. Penyusunan
prioritas komoditas unggulan pada daerah setempat
8. Pembentukan
sentra-sentra pengembangan produksi subsektor pertanian tanaman pangan,
perkebunan, perikanan darat dan peternakan.
2. Batasan Konsep
2.1. Sistem Usaha Produktif
Menurut
Mosher (l968) usahatani adalah suatu organisasi produksi, petani sebagai
pelaksana untuk mengorganisasi tanah (alam), tenaga kerja dan modal yang
ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian baik yang didasarkan atas
pencaharian laba atau tidak. Usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani
tersebut dapat menghasilkan pendapatan untuk membayar semua biaya dan alat
yang diperlukan, dengan kata lain keberhasilan suatu usahatani berkaitan erat
dengan pendapatan dan biaya yang dikeluarkan (Hadi Saputro, 1979). Kemampuan
menghasilkan produk pertanian pangan ditentukan oleh berbagai faktor, termasuk
biofisik, sosial, ekonomi dan politik. Beberapa faktor bio-fisik penting yang
berpengaruh terhadp keberhasilan usahatani adalah sumberdaya lahan dan air,
kondisi agroklimat, teknologi pengelolaan tanaman, varietas tanaman yang
memberikan respon tinggi terhadap pengelolaan, dan penyediaan sarana produksi.
Di
dalam sistem pertanian, lahan merupakan alat produksi yang mempunyai peran
ganda, yaitu sebagai temapat pertumbuhan tanaman, menyediakan unsur hara,
sumber air, tempat peredaran udara, dan tampat berlangsungnya berbagai macam
kegiatan pengelolaan. Oleh karena itu
pengetahuan tentang sifat-sifat dan karakteristik lahan merupakan dasar dari
usaha pengembangan komoditi secara intensif. Di samping faktor lahan,
pengetahuan tentang kondisi agroklimat juga memegang peranan penting. Beberapa
unsur agroklimat seperti suhu, curah hujan , kelembaban, radiasi matahari dan
angin, merupakan dasar pertimbangan penting untuk menentukan jenis tanaman yang
akan dibudidayakan dan periode pengusahaannya. Kesalahan dalam menentukan
syarat iklim bagi tanaman akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman tidak normal, sehingga produktivitasnya akan jauh menyim pang dari
potensi sebenarnya.
2.2. Wilayah Pengembangan Produk Unggulan Agro
kompleks
Dinamika
pembangunan pertanian hingga saat ini telah membuktikan bahwa kebutuhan
sumberdaya eko nomi semakin banyak dan senantiasa menghadapi berbagai kendala
yang semakin serius, terutama ketersediaan sumberdaya lahan yang layak. Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan
pentajaman prioritas pemanfaatan sum berdaya lahan dan sekaligus penge tatan
pengawasan konversi lahan. Salah satu
kebijakan pemerintah dalam hal ini adalah Tata Guna Lahan. Kebijakan umum ini
telah berupaya membatasi penggunaan lahan sesuai dengan kapabilitasnya. Namun demikian kebijakan umum ini masih harus
didukung dengan kebijakan-kebijakan yang lebih rinci di setiap kawasan
penggunaan lahan pertanian.
Akhir-akhir
ini telah diperkenalkan konsepsi Pewilayahan
Produk Unggul an untuk mendukung kebijakan pemba ngunan pertanian yang
berkelanjutan dan secara lebih luas lagi untuk lebih memantapkan pendekatan
pewila yahan pembangungan pada umumnya. Pada hakekatnya konsepsi pewila yahan
komoditi ini ingin membatasi upaya pengembangan suatu komoditi pertanian pada
lokasi yang memenuhi persyaratan agroekologis, memenuhi kelayakan agroekonomi
dan agro-sosio-teknologi, aksesibilitas lokasi memadai, dan
diseconomic-externality yang ditimbulkannya dapat dikenda likan.
Persesuaian
syarat agroekologis menjadi landasan pokok dalam pengembangan komoditi. Penyimpang an dari persyaratan ini bukan
hanya akan menimbulkan kerugian finansial dan ekonomi, tetapi juga akan
mengakibatkan biaya-sosial yang berupa degradasi dan kemerosotan kualitas
sumberdaya lahan. Di lokasi-lokasi tertentu, seperti lahan kering di bagian
hulu DAS, biaya sosial tersebut bisa bersifat internal seperti kemunculan
tanah-tanah kritis dan bersifat eksternal seperti sedimentasi di berbagai
fasilitas perairan, serta merosotnya kualitas perairan di daerah bawahnya. Atas dasar inilah maka evaluasi kesesuaian
agroekologis merupakan bottle neck
dalam kerangka metodologi pewilayahan komoditi.
Beberapa metode dan prosedur dapat digunakan untuk kepentingan ini.
Evaluasi
kesesuaian komoditi secara agroekologis dilakukan pada satuan analisis
sistem-lahan dengan melibatkan berbagai jenis komoditi. Dengan demikian suatu wilayah akan terbagi ke
dalam sejumlah sistem-lahan dan setiap sistem-lahan dimungkinkan adanya beberapa komoditi yang sesuai. Penyusunan skala prioritas bagi pengembangan
sistem-lahan dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan location-value yang merupakan fungsi dari tingkat
aksesibilitasnya. Sedangkan prioritas
komoditi dapat disusun berdasarkan keunggulan komparatif dan daya dukung
agro-sosio-teknologinya.
Dalam
kebijakan pembangunan pertanian secara nasional dan regional, pendekatan
pengembangan wilahay tersebut dijabarkan dalam bentuk Kebijakan Pewilayahan Komoditas.
Pewilayahan komoditas ini dianggap menjadi suatu sarana yang sangat
penting dalam mengamankan produktivitas komoditi strategis, mengingat semakin
besarnya intensitas persaingan antar komoditas dan persaingan antar sektor
pembangunan. Persaingan-persaingan ini
pada akhirnya akan terjelma kepada tingginya tekanan atas lahan dan tingginya
laju konversi penggunaan lahan. Hal ini
selanjutnya akan berdampak sangat luas, baik terhadap pengembangan komoditas
itu sendiri maupun terhadap kelestarian sumberdaya lahan dan kualitas
lingkungan hidup secara luas.
2.3.
Pendekatan Agribisnis / Agro-industri
Sistem
usaha pertanian yang mengintegrasikan faktor produksi lahan, tenagakerja, modal
dan teknologi/manajemen sangat dipengaruhi oleh kondisi spesifik wilayah, yang
mencakup bio-fisik, ekonomi, dan sosial. Sektor pertanian hingga saat ini masih
diartikan sebagai "sistem usaha pertanian" yang sangat berkaitan erat
dengan sistem lainnya seperti industri hulu, industri hilir,
pemasraan/perdagangan dan permintaan datri konsumen. Keseluruhan aspek-aspek ini terintegrasi
dalam pengertian makna yang luas lazim disebut "Sistem Agribisnis"
. Keseluruhan sistem yang berkaitan
dengan sektor pertanian tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi sumberdaya,
kelembagaan, dan kebijaksanaan pembangunan pertanian.
Dari
keseluruhan sistem agribisnis seperti yang di-abstraksikan di atas, dapat
diambil beberapa aspek atau bidang kajian epenting, yaitu:
(a). Sistem
Agribisnis dan Perda-gangan / pemasaran
(b). Sumberdaya
manusia dan kelem bagaan
(c). Pengelolaan
sumberdaya alam
(d). Sistem
usaha pertanian (atau usa-hatani)
(e). Pengembangan
agroindustri
(f). Rintisan
dan pengembangan produk.
Dengan
demikian "agribisnis" meli puti seluruh sektor yang terlibat dalam
pengadaan bahan masukan /input usahatani; terlibat dalam proses produk si
bio-ekonomik; menangani pemro sesan hasil-hasil usahatani; penye baran, dan
penjualan produk-produk pemrosesan tersebut kepada konsu-men. Dalam kaitannya dengan komo ditas di suatu wilayah , sebagian be-sar aktivitas
ekonomi dapat dilakukan oleh petani dan penduduk pedesaan dengan skala ekonomi
yang berbeda-beda.
3. Jenis dan Sumber Data
Data
dan informasi yang dikum pulkan diarahkan untuk dapat membe rikan gambaran tentang tata ruang dan potensi sumberdaya
wilayah DATI II Kabupaten Kediri serta peruntukannya untuk pengembangan pertanian.
Iden tifikasi komoditas yang dapat diusaha kan pada kawasan pertanian
tersebut juga penting sebagai bahan
pertim bangan untuk penyusunan rencana pengembangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. DESKRIPSI KONDISI DAN PO-TENSI WILAYAH
1.1. Letak dan Luas
Kabupaten
Kediri yang, terletak di bagian tengah Jawa Timur, yang secara geografis
terletak antara 111o.47'- 112.o.18.'BT dan 7.o.36.'- 8.o.0' LS.. Wilayah Kabupaten Kediri terbagi ke dalam 21
wilayah kecamatan. Luas wilayahnya
secara keseluruhan adalah sekitar 138.605 ha dengan luas lahan sawah 48.631ha
dan sekitar 89.974 ha merupakan lahan tegalan dan kebun campuran .
1.2. Sumberdaya Lahan
Sistem
pertanian lahan kering merupakan penggunaan terluas dan dikelola
oleh penduduk setempat untuk menanam tanaman pangan dengan pola tanam
yang melibatkan padi gogo, jagung, ubikayu, kacang tanah dan kedelai. Sebagian
lahan merupakan lahan sawah setengah teknis dan sawah irigasi sederhana dengan
pola tanam padi-padi-palawija dan sawah tadah hujan dengan pola tanam
padi-palawija.
Tabel
1. Sebaran luas lahan kering menurut wilayah Kecamatan
Kecamatan
|
Pekara-ngan
|
Tegalan
|
Perkebunan
|
Hutan
negara
|
Lainnya
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
|
|
Mojo
|
1784
|
4472
|
382
|
1093
|
999
|
8730
|
Semen
|
627
|
1616
|
|
4017
|
131
|
6391
|
Ngadiluwih
|
1545
|
1185
|
|
|
299
|
3029
|
Keras
|
1826
|
822
|
|
|
96
|
2744
|
Kandat
|
3129
|
2672
|
15
|
|
2
|
5818
|
Wates
|
1971
|
2403
|
576
|
|
324
|
5274
|
Ngancar
|
1172
|
1879
|
3044
|
2209
|
279
|
8583
|
Plosoklaten
|
1736
|
1103
|
3147
|
|
699
|
6685
|
Gurah
|
1545
|
761
|
|
|
222
|
2528
|
Puncu
|
1176
|
1727
|
1829
|
1680
|
|
6412
|
Kepoung
|
1450
|
2317
|
368
|
3638
|
753
|
8526
|
Kandangan
|
697
|
771
|
|
804
|
7
|
2279
|
Pare
|
3361
|
947
|
|
|
|
4328
|
Kunjang
|
538
|
|
103
|
|
|
641
|
Palemahan
|
1026
|
106
|
|
|
86
|
1220
|
Purwoasri
|
775
|
228
|
|
|
157
|
1160
|
Papar
|
992
|
102
|
|
|
60
|
1154
|
Pagu
|
1336
|
522
|
|
|
86
|
1944
|
Gampengrejo
|
1188
|
193
|
|
|
238
|
1619
|
Grogol
|
1739
|
2308
|
|
2759
|
985
|
7791
|
Tarokan
|
993
|
1313
|
|
515
|
209
|
3030
|
Jumlah
|
30.608
|
27447
|
9464
|
16.715
|
5489
|
89.886
|
Sumber:
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kediri.
1.2. Sumberdaya Manusia
Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
Laju
pertumbuhan penduduk dengan rataan sebesar
0.10 - 1.84 %/tahun, nilai tertinggi terjadi pada tahun 1980/1981.
Jumlah penduduk pada tahun 1992 sebanyak 1.305.675 jiwa yang teridri dari
640.124 jiwa laki-laki dan 665.441 jiwa perempuan, dalam 292.658 rumah tangga. Kepadatan penduduk
secara geografis sebesar 500 - 1800 jiwa/Km2, wilayah yang padat penduduknya
ialah Gampengrejo, Ngadiluwih, Pare,
Papar, Purwoasri dan Gurah.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin.
|
Jumlah
penduduk (jiwa)
|
||
Kelompok
Umur
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
Anak-anak
|
266.172
|
273.720
|
539.892
|
Dewasa
|
373.952
|
391.721
|
765.673
|
|
|
|
|
Jumlah
|
640.124
|
665.441
|
|
Sumber : Kabupaten Kediri dalam Angka 1995/96
Penduduk Menurut Tingkat
Pendidikan
Sistem
pendidikan masyarakat secara fungsional dilayani oleh berbagai kelembagaan
pendidikan formal baik negeri maupun swasta umum, maupun yang berkaitan dengan
keagamaan khususnya yang ada di Kabupaten Kediri adalah kelembagaan pendidikan
formal keislaman, dan pendidikan non-formal. Peranan lembaga non-formal belum
banyak berkembang walaupun mempunyai peluang untuk dikembangkan lebih jauh,
untuk dapat lebih mendukung program-program pembangunan pede- saan. Tingkat pendidikan penduduk di masa-masa
yang akan datang diantaranya masih dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan pendidikan
orang tuanya, motivasi bersekolah dari anak-anak, serta adanya sarana dan
prasarana pendidikan, khususnya yang berada didaerah ini.
Disamping
pendidikan formal, pendidikan non-formal khususnya dalam bentuk Pondok
Pesantren, belum banyak berkembang di wilayah ini. Walaupun demikian pendidikan keagamaan Islam
di langgar/masjid atau pengajian- pengajian cukup berkembang, sesuai dengan
besarnya pemeluk agama Islam di wilayah ini ( >90% jumlah penduduk beragama
Islam). Bahkan berbagai penyampaian informasi
tentang pembangunan banyak memanfaatkan forum-forum pengajian ini.
Tabel 3.
Jumlah penduduk, dan kepadatannya
Kecamatan
|
Jumlah
Penduduk (jiwa)
|
Jumlah
rumah tangga
|
Kepadatan
(jiwa/km2)
|
Luas
wilayah (ha)
|
|
|
|
|
|
Mojo
|
57.431
|
13.287
|
559
|
10273
|
Semen
|
42.477
|
9.479
|
528
|
8042
|
Ngadiluwih
|
60.096
|
15.383
|
1436
|
4185
|
Keras
|
60.581
|
14.060
|
1155
|
5243
|
Kandat
|
87.857
|
20.151
|
1013
|
8672
|
Wates
|
76.068
|
18.010
|
993
|
7658
|
Ngancar
|
36.617
|
8.688
|
389
|
9405
|
Plosoklaten
|
60.916
|
14.206
|
688
|
8859
|
Gurah
|
67.675
|
15.596
|
1331
|
5083
|
Puncu
|
48.171
|
11.169
|
706
|
6825
|
Kepoung
|
70.134
|
15.556
|
664
|
10565
|
Kandangan
|
44.337
|
10.269
|
1064
|
4167
|
Pare
|
133.978
|
25.917
|
1550
|
8642
|
Kunjang
|
33.148
|
7.407
|
1106
|
2998
|
Palemahan
|
48.628
|
11.633
|
1016
|
4788
|
Purwoasri
|
54.833
|
11.925
|
1290
|
4250
|
Papar
|
46.225
|
9.592
|
1276
|
3622
|
Pagu
|
73.605
|
15.823
|
1218
|
6044
|
Gampengrejo
|
69.130
|
14.415
|
1791
|
3859
|
Grogol
|
84.040
|
19.265
|
785
|
10705
|
Tarokan
|
49.728
|
10.827
|
1054
|
4720
|
Jumlah
|
1.305.675
|
292.658
|
|
138605
|
Sumber:
Kabupaten Kediri dalam Angka, 1997.
Matapencaharian Penduduk dan
Ketenagakerjaan
Sebagian
besar penduduk Kabupaten arjosari mempunyai matapencaharian dalam bidang
pertanian, sedangkan lainnya dalam bidang-bidang peternakan, industri/
pengrajin, buruh-buruh, perdagangan dan berbagai bidang jasa lainnya seperti
kesehatan, angkutan.
Dari
total penduduk usia produktif yang ada , ternyata belum seluruhnya bekerja.
Hal ini khususnya sebagai akibat sebagian besar ibu rumah tangga yang tidak
bekerja mencari penghasilan, termasuk umur produktif yang masih sekolah, umur
dibawah 64 tahun yang sudah tidak mampu bekerja lagi, serta tenaga kerja yang
sedang mencari pekerjaan. Banyak
terdapat angkatan muda putus sekolah yang enggan bekerja disektor pertanian,
dan tidak mendapatkan pekerjaan diluar sektor pertanian, sehingga masih
menganggur.
Tingkat Gizi dan Kesehatan Masyarakat
Gambaran
tentang gizi masyarakat dikaji dari informasi kesehatan yang tersedia di
Puskemas,dari pola konsumsi harian oleh masyarakat dan persepsi masyarakat
tentang makan dan bahan pangan, serta keadaan sanitasi lingkungan pemukiman.
Bahan makanan pokok di wilayah Kabupaten Kediri adalah beras. walaupun demikian dari segi lauk-pauknya
masih sangat terbatas, apalagi kebutuhan buah-buahan/sayuran yang dikonsumsi,
hanya mengandalkan dari tanaman yang dimiliki. Rataan penduduk di wilayah
Kabupaten Kediri menggunakan 70-80% total pendapatan digunakan untuk makan dan
minum, dan hanya 20-30% untuk keperluan non makanan dan minum. Oleh sebab itu
persepsi tentang makan lebih mengutamakan kenyang dahulu baru kemudian gizi
adalah wajar mengingat kondisi perekonomian yang masih terbatas.
Tempat
pembuangan khususnya sampah padat dilakukan di belakang rumah atau di
pekarangan, begitu juga sampah cair juga dibuang begitu saja di belakang rumah
dengan jarak rataan 5 M atau dibuang disaluran air limbah yang dibuat secara
sederhana yang kondisinya menunjukkan tidak difungsikan. Pemilikan sumur untuk
mandi,cuci dan memasak juga masih terbatas, setiap sumur digunakan sekitar 5-10
RT.
1.3.
Sistem Produksi Pertanian di Wilayah Pedesaan
(1).
Potensi Produksi Komoditi Perkebunan
Potensi
produksi komoditi perkebunan di wilayah Kabupaten Kediri ini disajikan berikut
ini.
Tabel 4. Luas Areal dan Produksi Komoditi
Perkebunan
No
|
Komoditas
|
Luas
Areal (ha)
|
Total
Produksi (ton)
|
|
|
|
|
1
|
Tebu Rakyat Intensifikasi
|
18.785,60
|
1.672.963,60
|
2
|
Kopi
|
1.375,95
|
492,839
|
3
|
Cengkeh
|
671,70
|
117,175
|
4
|
Kapok Randu
|
2.003,17
|
272,75
|
5
|
Kelapa
|
8.042,86
|
7.037,22
|
6
|
Jambu Mete
|
444,26
|
282,830
|
7
|
Melinjo
|
18,712
|
11,224
|
|
|
|
|
Sumber:
Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995.
A. Tanaman Tebu
Sentra
produksi tebu pada saat sekarang ialah Kecamatan Kandat, Ngadiluwih, dan
Wates. Budidaya tanaman ini telah
dikenal dengan baik hampir oleh seluruh masyarakat, terutama petani lahan
kering. Namun demikian masih tampak bahwa keragaman sistem produksinya masih
sangat tinggi, dan produktivitasnya masih relatif rendah.
Tabel 5.
Potensi Produksi Tebu Menurut Kecamatan
Kecamatan
|
Luas
areal (ha)
|
Total
Produksi
|
|
|
(ton)
|
|
|
|
Kandat
|
2.581,30
|
215.097,50
|
Ngadiluwih
|
1.984,30
|
179.212,30
|
Wates
|
1.600,20
|
147.238,60
|
Gurah
|
1.330,50
|
130.272,90
|
Purwoasri
|
1.239,00
|
121.278,20
|
Pagu
|
922.00
|
106.207,10
|
Ploso
Klaten
|
1.047,50
|
94.763,00
|
Pare
|
986,50
|
84.585,70
|
Ngancar
|
1.006,20
|
79.673,00
|
Papar
|
732,80
|
77.032,70
|
Gampengrejo
|
766,20
|
72.055,50
|
Pelemahan
|
791,10
|
62.598,90
|
Kunjang
|
632,50
|
54.842,50
|
Puncu
|
664,00
|
48.970,20
|
Kandangan
|
485,70
|
44.692,30
|
Kepung
|
515,70
|
42.165,40
|
Grogol
|
422,00
|
36.812,90
|
Keras
|
585,00
|
35.031,20
|
Tarokan
|
299,80
|
24.853,70
|
Semen
|
123,10
|
10.870,50
|
Mojo
|
61,20
|
4.609,50
|
Sumber:
Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995.
B. Tanaman Kapok Randu
Tanaman
kapok randu biasanya ditanam di batas lahan tegalan / pekarangan sebagai
tanaman pagar atau tanaman pembatas. Sumbangan penghasilan petani dari tanaman
kapok randu ini cukup memadai mengingat biaya produksinya hampir tidak ada.
Tanaman ini dapat berfungsi sebagai pohon rambatan bagi aneka tanaman menjalar.
C. Tanaman Jambu Mete
Tanaman
jambu mete banyak dijumpai di wilayah Kecamatan Ploso-klaten dan mampu
memberikan tambahan penghasilan pada petani. Tanaman ini merupakan salah satu
dari beberapa jenis tanaman yang mempu bertahan terhadap gejolak kondisi
agroekologi setempat. Pohonnya dapat berfungsi sebagai rambatan bagi tanaman
merambat lainnya..
Tabel 6. Produksi Kapok Randu Menurut Kecamatan
Kecamatan
|
Luas
areal (ha)
|
Total
Produksi
|
|
|
(ton)
|
|
|
|
Pare
|
390,51
|
60,80
|
Kandangan
|
179,93
|
24,10
|
Tarokan
|
168,95
|
22,70
|
Pelemahan
|
159,37
|
22,20
|
Semen
|
114,90
|
17,90
|
Ploso
Klaten
|
109,77
|
16,80
|
Kepung
|
98,12
|
16,60
|
Keras
|
84,40
|
12,70
|
Mojo
|
91,50
|
12,30
|
Gurah
|
90,36
|
10,60
|
Sumber:
Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995.
Tabel 7.
Sentra Produksi Jambu Mete di Kabupaten Kediri
Kecamatan
|
Luas
areal (ha)
|
Total
Produksi
|
|
|
(ton)
|
|
|
|
Ploso Klaten
|
306,67
|
228,300
|
Tarokan
|
56,56
|
27,900
|
Kepung
|
16,58
|
5,600
|
Mojo
|
15,51
|
5,200
|
Pare
|
13,29
|
4,700
|
Grogol
|
8,33
|
3,600
|
Kunjang
|
5,59
|
3,400
|
Semen
|
9,32
|
3,250
|
Sumber:
Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995
D. Tanaman Kelapa
Tanaman
kelapa dapat digunakan sebagai tanaman naungan bagi tanaman pekarangan.
E.
Tanaman Kopi Rakyat
Sentra
produkci kopi rakyat pada saat sekarang ialah Kecamatan Kepung. Budidaya tanaman ini telah dikenal dengan
baik hampir oleh seluruh masyarakat, terutama petani lahan kering. Namun
demikian masih tampak bahwa keragaman sistem produksinya masih sangat tinggi,
dan produktivitasnya masih relatif rendah. Diperkirakan upaya intensifikasi
masih mampu meningkatkan produksi. Kendala yang dihadapi oleh petani untuk
menambah populasi tanamannya ialah bibit /tanaman muda yang mati akibat kemarau
panjang.
Tabel 8.
Sentra Produksi Kelapa Menurut Kecamatan
Kecamatan
|
Luas
areal (ha)
|
Total
Produksi
|
|
|
(ton)
|
|
|
|
Ngadiluwih
|
790,90
|
793,79
|
Grogol
|
716,95
|
657,80
|
Keras
|
614,90
|
609,59
|
Ngancar
|
373,01
|
577,24
|
Kandat
|
642,39
|
490,35
|
Wates
|
517,88
|
483,75
|
Ploso
Klaten
|
456.92
|
424.85
|
Papar
|
437,43
|
396,14
|
Pagu
|
388,40
|
309,69
|
Tarokan
|
282,46
|
273,59
|
Gurah
|
391,20
|
254,55
|
Gampengrejo
|
290,78
|
249,11
|
Mojo
|
467,45
|
247,89
|
Semen
|
267,40
|
247,89
|
Pare
|
340,55
|
242,40
|
Kepung
|
286,80
|
207,42
|
Pelemahan
|
229,02
|
204,96
|
Purwoasri
|
181,59
|
131,90
|
Puncu
|
160,88
|
125,03
|
Kunjang
|
121,15
|
88,60
|
Kandangan
|
85,70
|
31,64
|
Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995
Tabel 9.
Potensi Produksi Kopi Rakyat
Menurut Kecamatan
Kecamatan
|
Luas
areal (ha)
|
Total
Produksi
|
|
|
(ton)
|
|
|
|
Kepung
|
688,52
|
291,110
|
Kandangan
|
188,73
|
61,570
|
Ngancar
|
195,62
|
53,043
|
Puncu
|
143,43
|
50,119
|
Ploso
Klaten
|
55,98
|
13,627
|
Mojo
|
21,29
|
5,616
|
Kandat
|
20,21
|
4,396
|
Wates
|
17,91
|
3,998
|
Semen
|
10,36
|
2,295
|
Pare
|
9,87
|
2,448
|
Sumber:
Kabupaten Kediri dalam Angka, 1995
F. Tanaman Melinjo
Sentra
produkci melinjo pada saat sekarang ialah Kecamatan Pare dan Puncu. Budidaya tanaman ini telah dikenal dengan
baik hampir oleh seluruh masyarakat, terutama petani lahan kering. Namun
demikian masih tampak bahwa keragaman sistem produksinya masih sangat tinggi,
dan produktivitasnya masih relatif rendah. Diperkirakan upaya intensifikasi
masih mampu meningkatkan produksi. Kendala yang dihadapi oleh petani untuk
menambah populasi tanamannya ialah bibit /tanaman muda yang mati akibat kemarau
panjang.
Tabel 10.
Potensi Produksi Melinjo Menurut Kecamatan
Kecamatan
|
Luas
areal (ha)
|
Total
Produksi
|
|
|
(kw)
|
|
|
|
Pare
|
8000
|
4800
|
Puncu
|
5838
|
3501
|
Ngadiluwih
|
3188
|
1912
|
Grogol
|
1010
|
606
|
Kunjang
|
676
|
405
|
|
|
|
Sumber:
Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1994
(2). Potensi Produksi Tanaman Pangan
A. Komoditas Padi
Tanaman
padi sawah dan padi ladang (gogo) mempunyai prospek yang snagat baik untuk
dikembangkan di beberapa wilayah kecamatan. Jenis-jenis tanaman padi ladang
sesuai untuk diusahakan sebagai tanaman monokultur maupun sebagai tanaman sela
dalam sistem tumpangsari . Potensi produksi dan luas panen disajikan dalam
Tabel 11.
B. Komoditi Palawija
Tanaman
pangan di lahan kering yang menonjol produksinya di wilayah ini ialah jagung,
ubikayu, kacangtanah, kacang hijau dan kedelai.
Jenis-jenis tanaman palawija ini sangat sesuai untuk diusahakan sebagai
tanaman monokultur maupun sebagai tanaman sela dalam sistem tumpangsari .
Potensi produksi dan luas panen tanaman palawija ini disajikan dalam Tabel 12.
C. Hortikultura Sayuran
Tanaman
hortikultura sayuran ini yang menonjol produksinya di wilayah ini meliputi
sayuran dataran tinggi dan dataran rendah.
Jenis-jenis tanaman palawija ini sangat sesuai untuk diusahakan sebagai
tanaman monokultur maupun sebagai tanaman sela dalam sistem tumpangsari .
Potensi produksi dan luas panen tanaman ini disajikan dalam Tabel 13.
Tabel 11. Produksi Tanaman Padi sawah dan Padi
Ladang
Kecamatan
|
Padi
sawah
|
Padi
ladang
|
||
|
Luas
(ha)
|
Produksi
(kwt)
|
Luas
(ha)
|
Produksi
(ton)
|
|
|
|
|
|
Mojo
|
2038
|
118068
|
1618
|
73693
|
Semen
|
1772
|
95796
|
118
|
4889
|
Ngadiluwih
|
621
|
36372
|
|
|
Keras
|
865
|
54638
|
|
|
Kandat
|
889
|
53442
|
|
|
Wates
|
3161
|
187550
|
|
|
Ngancar
|
1136
|
66526
|
|
|
Plosoklaten
|
3802
|
220712
|
|
|
Gurah
|
3398
|
218772
|
|
|
Puncu
|
683
|
38625
|
|
|
Kepoung
|
3794
|
207655
|
|
|
Kandangan
|
3021
|
193678
|
|
|
Pare
|
6813
|
447465
|
|
|
Kunjang
|
2442
|
142711
|
|
|
Palemahan
|
4747
|
290956
|
|
|
Purwoasri
|
2838
|
169269
|
|
|
Pagu
|
4155
|
260078
|
|
|
Gampngrejo
|
2177
|
125321
|
|
|
Grogol
|
3902
|
233263
|
72
|
3239
|
Tarokan
|
2118
|
133601
|
65
|
2932
|
Jumlah
|
56084
|
3402456
|
1873
|
84753
|
Sumber:
Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995
Tabel 12.
Total Produksi Tanaman Pangan Palawija
Kecamatan
|
Total
Produksi (kwt)
|
||||
|
Jagung
|
Ubikayu
|
Kedelai
|
Kacang-tanah
|
Kacang-hijau
|
|
|
|
|
|
|
Mojo
|
46679
|
653576
|
620
|
1099
|
22
|
Semen
|
27450
|
402581
|
167
|
8725
|
497
|
Gurah
|
84404
|
20580
|
|
797
|
|
Puncu
|
195844
|
9965
|
672
|
2467
|
25
|
Kunjang
|
101669
|
|
10386
|
502
|
130
|
Palemahan
|
238108
|
42855
|
14607
|
1528
|
485
|
Purwoasri
|
73576
|
|
10437
|
1856
|
963
|
Papar
|
146591
|
9473
|
3009
|
542
|
927
|
Pagu
|
300879
|
14625
|
1795
|
6668
|
|
Gampengrejo
|
96621
|
7071
|
741
|
1187
|
|
Grogol
|
244259
|
762279
|
4438
|
8478
|
|
Tarokan
|
76210
|
525574
|
4237
|
1285
|
72
|
Sumber:
Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995
Tabel 13.
Total Produksi Tanaman Sayuran Menurut Kecamatan
Kecamatan
|
Total
Produksi (kwt)
|
||||
|
Cabai
|
K.panjang
|
B.merah
|
Terong
|
Tomat
|
Mojo
|
71
|
247
|
|
100
|
|
Semen
|
769
|
|
2482
|
|
|
Wates
|
348
|
296
|
|
13
|
102
|
Plosoklaten
|
344
|
600
|
|
390
|
920
|
Gurah
|
6342
|
277
|
|
594
|
288
|
Puncu
|
1448
|
|
16442
|
|
|
Kandangan
|
365
|
|
1910
|
|
|
Pare
|
5956
|
148
|
79790
|
748
|
476
|
Kunjang
|
887
|
|
722
|
|
|
Palemahan
|
4080
|
511
|
54167
|
925
|
471
|
Pagu
|
10808
|
4593
|
18886
|
9792
|
|
Gampengrejo
|
288
|
|
202
|
13
|
|
Sumber:
Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995
D. Buah-buahan
Tanaman
hortikultura buah-buahan ini yang menonjol produksinya di wilayah ini meliputi
buah dataran tinggi dan buah dataran rendah.
Jenis-jenis tanaman ini sangat sesuai untuk diusahakan sebagai tanaman
monokultur maupun sebagai tanaman sela dalam sistem tumpangsari . Potensi
produksi dan luas panen tanaman ini disajikan dalam Tabel 14.
Tabel 14.
Total Produksi Tanaman Buah-buahan Menurut Kecamatan
Kecamatan
|
Total
Produksi (kw)
|
||||
|
Mangga
|
Nanas
|
Pisang
|
Pepaya
|
Rambutan
|
Mojo
|
13640
|
|
1077
|
14682
|
315
|
Semen
|
145088
|
|
144
|
21
|
3
|
Ngadiluwih
|
6456
|
|
1592
|
2526
|
1449
|
Kandat
|
2653
|
45532
|
1691
|
17841
|
3776
|
Ngancar
|
269
|
411191
|
3640
|
4946
|
2573
|
Plosoklaten
|
655
|
6800
|
50000
|
212622
|
701
|
Gurah
|
2922
|
223
|
13552
|
4515
|
1503
|
Puncu
|
1710
|
1778
|
2255
|
8490
|
264
|
Kandangan
|
3000
|
62
|
3040
|
2400
|
9000
|
Pare
|
|
71
|
15401
|
2012
|
1920
|
Kunjang
|
1350
|
|
446
|
518
|
70
|
Purwoasri
|
908
|
|
743
|
114
|
|
Papar
|
5283
|
11
|
10888
|
115
|
77
|
Pagu
|
590
|
|
3083
|
5269
|
599
|
Grogol
|
101739
|
|
607
|
339
|
|
Tarokan
|
6860
|
|
1007
|
53
|
|
Sumber:
Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995
(3).
Potensi Produksi Peternakan
A. Ternak Besar
Tabel 15.
Populasi Ternak Ruminansia Menurut Kecamatan
Kecamatan
|
Total
Populasi (ekor):
|
||||
|
Sapi
Potong
|
Sapi
Perah
|
Kambing
|
Kerbau
|
Kelinci
|
|
|
|
|
|
|
Mojo
|
5330
|
6
|
4583
|
254
|
425
|
Semen
|
3995
|
10
|
6398
|
217
|
410
|
Ngadiluwih
|
6998
|
25
|
13883
|
243
|
225
|
Keras
|
5995
|
10
|
9035
|
249
|
95
|
Kandat
|
6145
|
54
|
8161
|
232
|
650
|
Wates
|
5185
|
559
|
7503
|
61
|
625
|
Ngancar
|
3095
|
592
|
4496
|
175
|
250
|
Plosoklaten
|
4725
|
410
|
7114
|
226
|
970
|
Gurah
|
6130
|
194
|
8209
|
325
|
1250
|
Puncu
|
3725
|
805
|
4455
|
329
|
790
|
Kepoung
|
4790
|
297
|
4391
|
569
|
425
|
Kandangan
|
2540
|
966
|
4263
|
295
|
|
Pare
|
4175
|
37
|
4626
|
709
|
180
|
Kunjang
|
5845
|
|
5045
|
594
|
|
Palemahan
|
3510
|
|
5386
|
222
|
615
|
Purwoasri
|
3995
|
|
3244
|
385
|
195
|
Papar
|
5696
|
509
|
6060
|
375
|
980
|
Pagu
|
6490
|
489
|
6771
|
292
|
950
|
Gampengrejo
|
2890
|
196
|
5985
|
425
|
245
|
Grogol
|
5735
|
|
5706
|
289
|
273
|
Tarokan
|
4875
|
|
7074
|
30
|
215
|
Jumlah
|
101863
|
5159
|
135391
|
6496
|
9740
|
Sumber:
Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995.
B.
Unggas
Penyebaran
populasi unggas disajikan dalam Tabel 16 berikut. Konsentrasi populasi terdapat
di wilayah Kecamatan Kandat, Ngadi-luwih, Keras, Puncu dan Kepung untuk ayam
buras; sedangkan ayam ras terpusat di Kecamatan Keras, Wates, dan Pare.
Tabel 16.
Populasi Ternak Unggas menurut Kecamatan
Kecamatan
|
Total
Populasi (ekor):
|
||
|
Ayam
Kampung
|
Ayam
Ras
|
Itik
|
|
|
|
|
Mojo
|
49850
|
15500
|
7150
|
Semen
|
69500
|
22600
|
10850
|
Ngadiluwih
|
89328
|
48500
|
9725
|
Keras
|
89125
|
125750
|
7740
|
Kandat
|
112550
|
72500
|
11705
|
Wates
|
61295
|
131900
|
8160
|
Ngancar
|
51950
|
21750
|
8790
|
Plosoklaten
|
49800
|
51200
|
10420
|
Gurah
|
54525
|
50750
|
14800
|
Puncu
|
80625
|
64576
|
10370
|
Kepoung
|
84150
|
15730
|
7150
|
Kandangan
|
66750
|
22900
|
8449
|
Pare
|
59750
|
155500
|
5075
|
Kunjang
|
65789
|
26925
|
9375
|
Palemahan
|
77970
|
11750
|
12825
|
Purwoasri
|
71650
|
16500
|
7270
|
Papar
|
60700
|
19550
|
17545
|
Pagu
|
89950
|
40500
|
16350
|
Gampengrejo
|
70870
|
50960
|
8190
|
Grogol
|
85760
|
11750
|
10375
|
Tarokan
|
41750
|
7250
|
6405
|
Jumlah
|
1483637
|
984341
|
205719
|
Sumber:
Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995.
1.4. Pendapatan Wilayah
PDRB
Kabupaten Kediri tahun 1995 sekitar Rp 996 079,84 juta; dua sektor yang dominan
ialah Sektor Pertanian (43%) dan Sektor Perdagangan (26%)
Tabel 17. PDRB Kabupaten Kediri Tahun
1992 atas Dasar Harga Konstan (Juta
rupiah)
Lapangan
Usaha
|
%
|
Rp
|
|
|
|
01.
PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN
|
54.19
|
202.220,66
|
1.1. Tanaman Bahan Makanan
|
|
|
1.2. Tanaman Perkebunan
|
|
|
1.3. Peternakan dan hasilnya
|
|
|
1.4. Kehutanan
|
|
|
1.5. Perikanan
|
|
|
02.
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
|
0.93
|
4.459,91
|
2.1. Pertambangan tanpa Migas
|
|
|
2.2. Penggalian
|
|
|
03.
INDUSTRI
|
8.38
|
40.679,70
|
04.
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH
|
0.27
|
1.445,55
|
4.1. Listrik
|
|
|
4.1. Air Bersih
|
|
|
05.
BANGUNAN
|
1.07
|
5.340,06
|
06.
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
|
15.13
|
71.025,67
|
6.1. Perdagangan, Besar/Eceran
|
|
|
6.2. Restoran
|
|
|
07.
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
|
2.30
|
12.247,00
|
7.1. PENGANGKUTAN
|
|
|
7.1.1. Angkutan Rel
|
|
|
7.1.2. Angkutan Jalan Raya
|
|
|
7.1.3. Jasa Penunjang Angkutan
|
|
|
7.2. Komunikasi
|
|
|
7.2.1. Pos dan Telekomunikasi
|
|
|
7.2.2. Jasa Penunjang Komunikasi
|
|
|
08.
KEUANGAN PERSEWAAN DAN JASA PERU-
SAHAAN
|
2.56
|
12.033,07
|
09.
Sewa Bangunan
|
4.81
|
28.357,76
|
10.
JASA-JASA
|
2.51
|
12.383,11
|
11.
Adm. Pemerintahan & Pertahanan
|
7.85
|
40.630,57
|
|
|
|
PDRB
|
100.00
|
430.823,06
|
|
|
|
Sumber:
Kabupaten Kediri dalam Angka, 1994/95.
2. Analisis Kendala Pengem-bangan Pertanian
Lahan kering
2.1.
Sumberdaya Alam
2.1.1.
Lahan dan Penggunaan Lahan
(1). Analisis Bentang Lahan
Tabel
18 berikut ini mengikh tisarkan kondisi bentang lahan secara garis besar di
wilayah Kabupaten Kediri. Pengamatan lapangan dilaku kan di beberapa lokasi
yang mewakili tipe bentuk lahan.
Tabel 18. Ikhtisar Kondisi Bentang Lahan di Wilayah
Kediri
No.
|
U r a i a n
|
Datar
|
1.
|
Slope%
|
5
- > 40 %
|
2.
|
Teras
|
Bangku
dan Gulud
|
3.
|
Jenis
Tanah
|
Aluvial,
Regosol , Mediteran
|
|
Solum
|
Sebagian
besar < 30 cm
|
4.
|
Textur
|
Lempung
liat berdebu
|
5.
|
Warna
|
Coklat
Kekuningan
|
|
|
Merah
Kekuningan
|
6.
|
Erosi
Aktual
|
Berat
|
Sesuai
dengan kemiringan lahan dan tebalnya solum tanah, sebagian besar lahan
mempunyai masalah serius untuk budidaya tanaman pertani an secara
intensif. Kendala kimia yang dijumpai
adalah rendahnya kandungan bahan organik tanah dan nitrogen, sehingga
seringkali merupakan faktor penyebab rendahnya produksi akibat tanaman
kekurangan unsur. Untuk mengatasi
diperlukan tindakan pemu-pukan atau penambahan unsur organik.
(2). Pola Penggunaan Lahan
Sekarang
Ikhtisar
umum tentang pola penggunaan lahan sekarang di wilayah Kabupaten Kediri
disajikan dalam Tabel 19.
Lahan kering merupakan tipe yang dominan, dan lahan ini dikelola sebagai
tegalan, kebun campuran, dan pekarangan. Kecuali lahan kering terdapat pula
sawah setengah teknis/sederhana dan sawah tadah hujan.
Pengelolaan
lahan tegalan dengan pola tumpanggilir dan tumpangsari, secara keseluruhan
produktivitas yang dihasilkan masih rendah, khususnya jagung hanya
berkisar 10-15 Ku/Ha, dan ubikayu 5-10 ton/Ha.
Pada lahan kebun dan pekarangan dengan pola tanam campuran, secara umum
intensitas perawatannya masih rendah, sehingga produktivitasnya juga rendah.
Produktivitas pada sawah juga masih rendah khususnya akibat dosis pemupukan
yang masih di bawah anjuran dan terjadinya stress air.
Tabel 19. Ikhtisar Pola Penggunaan Lahan di Wilayah
Kabupaten Kediri
Land
|
POLA
|
JENIS
|
PENGOLAHAN
|
HAMA
|
KETER-
|
HASIL
|
||
Use
|
TANAM
|
TANAMAN
|
|
|
Penya
|
sediaan
|
|
|
|
|
SEMUSIM
|
Tahunan
|
Gulud
|
TERAS
|
kit
|
air
|
|
Tegal-
|
Tmpang
|
Ubi kayu
|
-
|
Gulud
|
-
|
-
|
Cukup
|
Uk=124
|
an
|
Gilir
|
Jagung
|
|
|
|
Tikus
|
Cukup
|
J =22
|
|
|
Padi Gogo
|
|
|
|
Tikus
|
Sedang
|
Pg=38.5
|
|
|
Kactanah
|
|
|
|
|
Cukup
|
Kc= 9.5
|
|
Tmpang
|
Jagung
|
-
|
Gulud
|
-
|
Tikus
|
I.Cukup
|
J =23.5
|
|
sari
|
Kac.tanah
|
|
|
|
|
II.Krang
|
Kd=10
|
Kebun
|
Campur
|
Ubi kayu
|
Cengkeh
|
Gulud
|
Teras
|
-
|
Cukup
|
Ck= 0.45
|
campur
|
an
|
|
Kopi
|
|
Seder-
|
|
Cukup
|
Kp= 6.80
|
an
|
|
|
Kelapa
|
|
hana
|
|
Cukup
|
K = 9.90
|
|
|
|
Hibrida
|
|
|
|
Cukup
|
Kh=12
|
|
|
|
Mlinjo
|
|
|
|
Cukup
|
Mlj:
|
Pekara
|
Campur
|
Ubi kayu
|
Cengkeh
|
Gulud
|
|
-
|
Cukup
|
Ck= 0.45
|
ngan
|
an
|
Lengkuas
|
Kopi
|
|
|
|
Cukup
|
Kp= 6.8
|
|
|
Jahe
|
Mlinjo
|
|
|
|
Cukup
|
Mlj:
|
|
|
Kunyit
|
Kp randu
|
|
|
|
Cukup
|
Kpr:
|
|
|
Temu
|
Kelapa
|
|
|
|
Cukup
|
K = 9.9
|
|
|
lawak
|
Pisang
|
|
|
|
Cukup
|
Ps=
|
|
|
|
Jati
|
|
|
|
Cukup
|
Lg=37.4
|
|
|
|
Sengon
|
|
|
|
Cukup
|
Jh=50
|
|
|
|
Mangga
|
|
|
|
Cukup
|
Mg=
|
Sawah
|
Padi-Pa
|
Padi
|
-
|
Gulud
|
-
|
Tikus
|
Cukup
|
P =43.6
|
|
di-Pala
|
Jagung
|
|
|
|
Tikus
|
Cukup
|
J =23.9
|
|
wija
|
Kac.tanah
|
|
|
|
|
Cukup
|
Kc=
|
|
|
Kacang hi-
|
|
|
|
|
Cukup
|
Kj= 7.3
|
|
|
jau
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan: P
= Padi Uk = Ubi kayu Kc = Kac.tanah Ck = Cengkeh Mlj= Mlinjo K = Kelapa Dalam; Pg = Padi Gogo J = Jagung
Kj = Kacang hijau Kp = Kopi Ps = Pisang Kh = Kelapa Hibrida; Lg = Lengkuas Jh = Jahe
Ky = Kunyit Tl = Temu lawak
Intensitas
polatanam tumpangsari di lahan tegalan yang hanya dua kali/tahun, masih dapat
ditingkatkan menjadi tiga kali/tahun dengan penga turan pola tanam secara
tumpanggilir dan varietas genjah. Dengan
cara tumpanggilir dengan ubikayu, maka luas tanaman ubikayu dapat bertambah
dan produksi totalnya juga bertambah.
Produktivitas
pada lahan kering maupun sawah masih dapat ditingkatkan dengan peningkatan
jumlah pemupukan sampai seperti anjuran, serta peningkatan pemanfaatan air
sungai dan air hujan melalui pembuatan chek- dam dengan saluran irigasi atau
bak penampung air hujan untuk mengisi kekurangan pada waktu terjadi defisit,
khususnya sekitar bulan Mei- Juli.
(3).
Neraca lengas lahan dan kalender pertanaman
Gambaran
umum tentang kondisi lengas lahan dan pola tanam dominan tampak bahwa defisit
air terjadi selama empat-lima bulan dalam musim pertumbuhan tanaman yang
berlang sung selama 12 bulan, yaitu dari
bulan Januari hingga bulan Desember.
Adanya
defisit lengas tanah selama lima bulan (Juni - Oktober) di musim kemarau, untuk
lahan kering nampaknya sudah diantisipasi oleh petani dengan pola tanam
khusus, yaitu pada bulan Oktober secara
tumpang sari Jagung+ Ubi kayu, dan pertengahan Februari panen jagung, kemudian
awal Mei tanam lagi kacangtanah dan pertengahan Juni dipanen. Selanjutnya di lapangan tinggal ada
ubikayu yang dipanen pada akhir
september atau awal Oktober. Kendala
yang dihadapi adalah pada waktu tanaman baru berumur satu-dua bulan ternyata
mengalami defisit air, sehingga produktivitas pada musim tanam ke dua umumnya
lebih rendah dibandingkan pada musim tanam I.
Sedangkan untuk padi gogo (MT I) pada waktu tanaman menginjak umur tiga
bulan ternyata mengalami defisit air sehinnga mengganggu pertumbuh an dan
produksi.
2.1.2.
Sumberdaya Air dan Ekosistem Perairan
Pengadaan
air bersih bagi kepentingan penduduk sehari-hari dilakukan melalui sumur
galian, pompa air dalam maupun yang dangkal, selama ini belum merupakan kendala
penting di wilayah kecamatan ini. Sumur-sumur galian penduduk umumnya
kekurangan air di musim kemarau, debitnya mengalami penurunan yang tajam.
Walaupun demikian keberadaan sumur dalam maupun dangkal ini sangat diperlukan,
khususnya untuk menanggulangi kemungkinan penurunan yang tajam di musim kemarau
serta mengantisipasi meningkatnya kebutuhan air rumah tangga. Kebutuhan air
untuk keperluan pertanian, peternakan dan lainnya mengandalkan air hujan. Air
sungai yang karena letaknya cukup curam sehingga belum dapat dimanfaatkan
secara optimal. Dari gambaran neraca
lengas lahan diketahui bahwa di Kabupaten Kediri terjadi surplus air hujan pada
bulan-bulan Januari, Februari, Maret, April, Nopember dan Desember, dan defisit
air hanya terjadi pada bulan Mei dan Juli.
Perkiraan surplus air hujan sepanjang tahun disajikan dalam Tabel 20. Kondisi yang ada sekarang
ialah bahwa seba gian surplus air hujan tersebut mengalir di permukaan tanah
menuju ke sungai-sungai dan hanya sebagian dapat dimanfaatkan oleh penduduk
setempat. Oleh sebab itu jika pembuatan chek-dam dapat terlaksana, dan air
sungai yang ada dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin melalui pembuatan jaringan
irigasi sederhana karena memang debit sungai juga tidak besar, maka defisit air
akan dapat teratasi.
Tabel.20.
Hasil Perkiraan Neraca Lengas Lahan
No. Bulan
|
Curah hujan
|
Surplus
|
Defisit
|
|
...............
|
...
mm ........
|
............
|
1. Januari
|
336
|
+
|
|
2. Februari
|
574
|
+
|
|
3. Maret
|
316
|
+
|
|
4. April
|
250
|
+
|
|
5. M e i
|
87
|
0
|
|
6. J u n i
|
18
|
|
-
|
7. J u l i
|
21
|
|
-
|
8. Agustus
|
54
|
|
-
|
9. September
|
52
|
|
-
|
10.Oktober
|
53
|
|
-
|
11.Nopember
|
199
|
0
|
|
12.Desember
|
292
|
+
|
|
Total
|
2252
|
|
|
Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1997.
2.2.
Komoditas Unggulan Wilayah
(1). Komoditas Unggulan Wilayah
kecamatan adalah sbb:
No
|
Kecamatan
|
Komoditas
Andalan
|
Komoditas
Unggulan
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Gampengrejo
|
Padi,
Jagung, Melinjo, Sapi perah
|
|
|
2
|
Grogol
|
Padi,Gogo,
Jagung, Kc.tanah, kedelai, Mangga, kelapa, Sapi potong, Kambing/ domba, Ayam
buras
|
Ubikayu
|
|
3
|
Gurah
|
Padi,
Jagung, Kc.tanah, Cabai, Melinjo Rambutan, Jambu air, Pisang, Salak, Kelapa,
Sukun, Nangka, Tebu, Sapi potong, Kambing
|
Itik
|
|
4
|
Kandangan
|
Padi,
Rambutan, Durian, Kopi, ayam, buras
|
Sapi
perah
|
|
5
|
Kandat
|
Ubikayu,
Ubijalar, Cabai, Mangga, Pepaya, Pisang, Melinjo, Kelapa , Sukun, Nangka,
Tebu, Sapi potong
|
Rambutan
Durian,
Salak
Kambing
|
|
6
|
Kepung
|
Padi,
Bw.merah, Durian, melinjo, Sukun, Ayam buras
|
Kopi
|
|
7
|
Keras
|
kc.tanah,
Kelapa, Tebu, Sapi potong, Ayam buras
|
Ketimun
Pisang
|
|
8
|
Kunjang
|
Padi,
Jagung, kedelai. kc.hijau, Cabai, Melinjo, Nangka
|
|
|
9
|
Mojo
|
Padi,
Ubikayu, Kc.tanah, Kedelai, Mangga, Pepaya, Kelapa, Kambing, Ayam buras
|
Gogo
|
|
10
|
Ngadiluwih
|
Ubijalar,
Mangga, Rambutan, Durian, Melinjo, Tebu, Sapi potong, Kambing /domba, Ayam
buras
|
Sukun
Nangka
Kelapa
|
|
11
|
Ngancar
|
Cabai,
Pepaya, Pisang, Salak, melinjo, Kopi, Sukun, Nanas, Sapi perah
|
|
|
12
|
Pagu
|
Padi,
Gogo, Bw.merah, Rambutan, pepaya, Kac.panjang, Pepaya, Kelapa, Nangka, Tebu,
Sapi perah, Kambing /domba, ayam buras
|
Kc.tanah
Cabai
Sapi
potong
|
|
13
|
Papar
|
Padi,
Jagung, Kedelai,Kc.hijau, Salak, kelapa
|
Ubijalar
|
|
14
|
Pare
|
Jagung,
Kc.hijau, Cabai, Jambu air, Pisang, Melinjo, kelapa, ayam buras
|
Padi,
ayam ras
Bw.merah
|
|
15
|
Pelemahan
|
Padi,
Jagung, Kc.tanah, Kedelai,B.merah, Cabai, Melinjo, Sapi potong, Ayam buras
|
|
|
16
|
Plosoklaten
|
Padi,
Jagung, Ubijalar, Cabai, Pepaya, Pisang, Kopi, Kelapa, Nanas, Tebu, Sapi
potong, Kambing/domba
|
Melinjo
Jamb.
mete
|
|
17
|
Puncu
|
Jagung,Kc.tanah,
Bw.merah, Cabai, Durian, Melinjo, Kopi, Nanas, Nangka, Sapi perah, Ayam buras
|
Pepaya
|
|
18
|
Purwoasri
|
Padi,
Kc.tanah, Jambu air, Tebu, Sapi potong
|
Kedelai
Kc.hijau
|
|
19
|
Semen
|
Padi,
Ubikayu, Kc.tanah, Bw.merah
|
Mangga
|
|
20
|
Tarokan
|
Gogo,
Ubikayu, Kc.tanah, kedelai, mangga, Jambu air, Kelapa, Nangka
|
|
|
21
|
Wates
|
Padi,
Cabai, Wates, Pisang, Durian, Salak, Kelapa, nanas, Sapi perah
|
Tebu
|
|
(2).
Lokasi SPAKU Komoditas Unggulan
No.
|
Komoditas
Unggulan
|
Lokasi
SPAKU
|
Daerah
Pengembangan
|
|
|
|
|
1.
|
Padi
sawah
|
Pare
|
Plemahan,
Plosoklaten, Gurah, Mojo, Semen, Wates, Kepung, Kandangan, Kunjang,
Purwoasri, Papar, Pagu, grogol, Gampengrejo
|
2.
|
Padi
Gogo
|
Mojo
|
Pagu,
Tarokan, Grogol
|
3.
|
Jagung
|
Pagu
|
Parem
Pelemahan, Plosoklaten, grogol, papar, Puncu, Gampengrejo, Kunjang, Gurah
|
4.
|
Kedelai
|
Purwoasri
|
Tarokan,
Grogol, kunjang, Pelemahan, Papar, Mojo
|
5.
|
Kacang
Tanah
|
Pagu
|
Grogol,
Semen, pelemahan, Purwoasri, Tarokan, Gurah, Mojo, Keras, Puncu
|
6.
|
Kacang
Hijau
|
Purwoasri
|
Pelemahan,
Papar, Pare, Kunjang
|
7.
|
Ubikayu
|
Grogol
|
Mojo,
Semen, Tarokan, kandat
|
8.
|
Kelapa
|
Ngadiluwih
|
grogol,
Kandat, keras, Mojo, Wates, Plosoklaten, Papar, Tarokan, Pagu, pare, Gurah
|
10.
|
Kopi
|
Kepung
|
Kandangan,
Ngancar, Puncu, Plosoklaten
|
11.
|
Kapok
Randu
|
Kandangan
|
Pare,
Tarokan, Semen, Plemahan, Keras, Plosoklaten, Puncu
|
12.
|
Jambu
mete
|
Plosoklaten
|
Tarokan,
Pare, Kepung
|
13.
|
Tebu
|
Wates
|
Pagu,
Gurah, Kandat, Plosoklaten, Purwoasri, keras, Ngadiluwih
|
|
Rosella
|
Pare
|
Kandangan,
Kunjang, Papar
|
|
Sapi
perah
|
Kandangan
|
Puncu,
Ngancar, Gpengrejo, Wates
|
14
|
Sapi
Potong
|
Pagu
|
Keras,
Kandat, Wates, Gurah, Grogol, Purwoasri, Plemahan, Plosoklaten
|
|
Kerbau
|
Pare
|
Kandangan,
kunjang, Gurah, Gampengrejo, Plosoklaten
|
15.
|
Kambing/
Domba
|
Kandat
|
Mojo,
Ngadiluwih, Grogol, Plosoklaten, Keras, Gurah, Pagu
|
16.
|
Ayam
Buras
|
Kandat
|
Ngadiluwih,
Puncu, Pare, Pagu, grogol, Plemahan,
Kandangan, Mojo
|
|
Ayam
ras
|
Pare
|
puncu,
Gurah, Wates, kandat, Keras
|
|
Itik
|
Gurah
|
Plosoklaten,
Kandangna, Pare, Pagu
|
|
Kelinci
|
Pagu
|
Gurah,
Plosoklaten, grogol, Kandat
|
17.
|
Ikan
Kolam Darat
|
Pare
|
Purwoasri,
Plosoklaten, Ngadiluwih, Mojo, Pagu, Grogol, Gampengrejo
|
|
|
|
|
(3).
Komoditas Buah-buahan
Buah-buahan
|
Lokasi
SPAKU
|
Daerah
Pengembangan
|
|
|
|
Pisang
|
Keras
|
Pare,
Kandat, Plosoklaten, Ngancar, Wates, Gurah, Pagu
|
Mangga
|
Semen
|
Tarokan,
Grogol, Mojo, Ngadiluwih, Kandat
|
Rambutan
|
Kandat
|
Ngadiluwih,
Wates, Gurah, Pagu, Kandangan
|
Jambu:
air
|
Pagu
|
Purwoasri,
Pare, Tarokan, Gurah
|
Salak
|
Kandat
|
Wates,
Gurah, Ngancar, Papar
|
Semangka/
Melon/Ketimun
|
Keras
|
Plosoklaten,
Kandat, Gurah
|
Melinjo
|
Plosoklaten
|
Kandat,
Gurah, Ngadiluwih, kunjang, Pare, Puncu, Gampengrejo, Kepung, Ngancar,
Plemahan
|
Pepaya
|
Puncu
|
Ngancar,
Plosoklaten, Kandat, Mojo, Pagu
|
Durian
|
Kandat
|
Kandangan,
Kepung, Ngadiluwih, puncu, Wates
|
Nangka
|
Ngadiluwih
|
Kandat,
Gurah, Puncu, Pagu, Tarokan, Kunjang
|
Cabe
|
Pagu
|
Puncu,
Ngancar, Kunjang, Gurah, Kandat, Wates, Plosoklaten, Pare, Pelemahan
|
Sukun
|
Ngadiluwih
|
Kandat,
Ngancar, Kepung, Gurah
|
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Produk Unggulan Wilayah Kecamatan
Produk unggulan wilayah merupa kan produk hasil usaha
masyarakat desa yang memiliki peluang pemasaran yang tinggi dan menguntungkan
bagi masyarakat desa. Berdasarkan pada kriteria ini, beberapa produk unggulan
pertanian adalah: Padi sawah; Padi Gogo; Jagung; Kedelai; Kacang Tanah; Kelapa;
Kopi; Tebu; Sapi perah; Sapi Potong; Kambing/ Domba; Ayam Buras; Ayam ras;
Pisang; Mangga; Rambutan; Jambu air; Semangka/Melon/Ketimun; Melinjo; Pepaya;
Durian; Nangka; Cabe; dan Sukun.
2. Koperasi Pengelola Produk Unggulan
Pengembangan
produk-produk unggulan wilayah dalam rangka untuk memberdayakan ekonomi rakyat
setempat dapat dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan Koperasi Pengelola
Produk Unggulan sebagai “LEMBAGA EKONOMI
RAKYAT YANG MENGAKAR & MANDIRI”. Koperasi seperti ini dapat
dikembangkan dari lembaga-lembaga ekonomi tradisional yang telah ada, atau
melalui rekayasa sosial yang sesuai.
3.
Strategi Pengembangan Sentra Produk
Unggulan
Beberapa
macam kendala dalam pemberdayaan ekonomi rakyat di wilayah pedesaan ialah (1)
keterba tasan kapabilitas sumberdaya alam, (2) masih adanya lokasi yang
terisolir dan terbatasnya sarana dan
prasarana fisik, (3) keterbatasan penguasaan modal dan teknologi, (4) lemahnya
kemam puan kelembagaan penunjang pemba ngunan di tingkat perdesaan, dan (5)
masih rendahnya akses masyarakat terhadap peluang-peluang bisnis yang ada.
Berdasarkan faktor pembatas dan kendala yang ditemukan disusunlah konsep
strategi pemberdayaan eko nomi masyarakat melalui pengem bangan usaha produk
unggulan wilayah.
4.
Kelompok sasaran dan Lingkup Kegiatan
Kelompok
sasaran strategis dalam pengembangan produk unggulan wilayah adalah :
a. Kelembagaan
sosial -tradisional yang ada di masyarakat, seperti koperasi, kelompok tani,
kelompok peternak, Paguyuban dan lainnya
b. Lembaga Kelompok
tani komo ditas yang telah ada.
c. Warung pengecer
bahan pokok, baik milik perorangan, kelompok (pra koperasi), maupun waserda
milik koperasi untuk diberdayakan / dikembangkan usahanya.
d. Pengusaha dan
Pengusaha Kecil, baik perorangan maupun kelom pok, terutama jama'ah masjid /
Kopontren yang bersangkutan yang bergerak di bidang produksi
agribisnis/agroindustri dan sektor lainnya untuk diberdayakan / dikembangkan,
sehingga pada gilirannya dapat memperluas
kesempatan kerja (menyerap tenaga kerja).
e. Tenaga Kerja
Terampil untuk dilatih dan ditempatkan sebagai pendamping dan atau tenaga
profesional / pengelola unit-unit usaha.
5. RANCANGAN
KEBUN TEKNO LOGI: PUSAT INFORMASI DAN PELAYANAN TEKNOLO GI DESA (POSYANTEKDES)
Penerapan
teknologi tepat guna diharapkan dapat membantu pengem bangan usaha produksi
produk unggul an di wilayah pedesaan dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan
masyara kat desa. Proses alih teknologi yang efektif mensyaratkan beberapa hal
penting, a.l.:
1. Peran-serta secara aktif semua instansi
terkait dan masyarakat penerima/pengguna untuk mengha-dapi dan mengatasi
kendala yang ada
2.
Kerjasama dan komunikasi yang terprogram
dalam suatu forum dialogis yang melibatkan semua komponen yang terkait
3. Tersedianya wadah bagi forum dialogis antara
masyarakat, pemba-wa, dan sumber teknologi yang berada dekat dengan masyarakat
dan mudah diakses oleh segenap masyarakat (POSYANTEKDES).
4. Adanya kelembagaan yang akomo datif dan
partisipatif, didukung oleh adanya iklim inovatif dan tenaga yang terlatih,
serta dilengkapi dengan fasilitas penunjang dan sistem informasi yang memadai.
5. Adanya tokoh panutan masyarakat yang mampu
menggalang segenap potensi masyarakat untuk diarahkan dan disiapkan untuk
mengadopsi teknologi.
Keberadaan
“POSYANTEKDES” di bawah kendali Koperasi Produk Unggul an dan bermitra dengan
Perguruan Tinggi mampu menjadi wahana yang efektif dalam proses alih teknologi
tepat guna di wilayah pedesaan. Kebun Teknologi ini dapat berfungsi ganda sebagai:
(1).
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknologi Tepat-guna, yang dapat diakses oleh
para santri dan oleh masyarakat sekitar
PONPES
(2). Pusat Penyuluhan, DEMOPLOT Ujicoba Penerapan
Teknologi, dan Kaji Tindak
(3).
Pusat Pelayanan dan Informasi IPTEK yang mampu menjalin hubungan dengan
jaringan informasi IPTEk yang lebih luas..
DAFTAR PUSTAKA
BPS 1995. Kabupaten Kediri Dalam Angka 1995. Kantor
Statistik Kabupaten Dati II Kediri.
BPS 1996. Kabupaten Kediri Dalam Angka 1996. Kantor
Statistik Kabupaten Dati II Kediri.
BPS 1997. Kabupaten Kediri Dalam Angka 1997. Kantor
Statistik Kabupaten Dati II Kediri.
BPS. 1998. Potensi Desa Kabupaten Kediri Tahun 1996. Kantor
Statistik Kabupaten Dati II Kediri.
DIPERTA 1995. Laporan Tahunan 1995. Cabang Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Kabupaten Dati II Kediri
DIPERTA 1996. Laporan Tahunan 1996. Cabang Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Kabupaten Dati II Kediri
DIPERTA 1997. Laporan Tahunan 1997. Cabang Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Kabupaten Dati II Kediri
DISBUN 1996. Laporan Tahunan 1996. Cabang Dinas Perkebunan
Daerah Kabupaten Dati II Kediri
DISBUN 1997. Laporan Tahunan 1997. Cabang Dinas Perkebunan
Daerah Kabupaten Dati II Kediri
DISNAK 1996. Laporan Tahunan 1996. Cabang Dinas Peternakan
Daerah Kabupaten Dati II Kediri